☞ DELAPAN ☜

372 62 6
                                    

Jangan menilai sesuatu dari covernya!Terkadang, orang yang selalu terlihat baik-baik saja adalah dia yang sedang berusaha keras melawan luka dalam hatinya.

Happy Reading 🐾

Sebuah cahaya memasuki netra Anggita, gadis dengan hodie berwarna army itu mencoba membuka matanya perlahan, untuk mengumpulkan kesadaran. Pusing di kepalanya pun sudah sedikit berkurang.

"Udah bangun?" tanya seorang cowok dengan nada dingin, berdiri di samping tubuhnya.

"Lo ngapain gue, semalem?" tanya Anggita tak santai. "Kenapa gue bisa ada disini?!"

"Heh, lo itu ditolongin bukannya bilang makasih, malah nyolot!"

"Kenapa kita bisa ada disini?" tanya Anggita lagi, karena posisi kedua remaja beda jenis kelamin itu saat ini ada di rumah pohon. Dan hanya berdua, membuat pikiran Anggita melayang entah kemana.

"Semalam, gara-gara lo gue diusir sama satu-satunya orang yang peduli sama gue. Dan gara-gara lo juga, sekarang gue udah nggak tau mau tinggal dimana."

"Kenapa lo malah salahin gue, sih?! Bokap lo 'kan ada?"

Abrisam menghela nafas perlahan, memaksakan sebuah senyuman terbit di bibirnya, cowok pemilik tahi lalat di dagu itu memilih mengabaikan pertanyaan Anggita. "Ayo!"

"Kemana-"

"Banyak tanya lo, ah!" Tanpa meminta persetujuan, Abrisam menarik lengan Anggita agar mengikutinya turun ke bawah.

Dalam fikiran Abrisam, saat ini dia sangat hancur. Ustadz Soleh sudah tidak lagi mempercayainya. Grilya, satu-satunya sahabat yang A miliki juga menghilang. Kali ini Abrisam merasa sangat kesepian, hanya Anggita orang yang dia miliki sekarang. Hingga Abrisam akan berusaha membuatnya bahagia, bagaimanapun caranya. Tanpa sadar, tangan itu menggenggam erat telapak tangan gadis di sampingnya.

"Ada sesuatu yang lo sembunyikan dari gue?" Anggita menatap mata Abrisam lekat, mencari kebenaran di dalam sana, tapi hasilnya nihil. Cowok itu terlalu pandai menyembunyikan rahasianya.

"Nggak kok, yaudah yuk!" Abrisam kembali menarik tangan Anggita.

"Kemana?"

"Lo nggak mau sekolah, udah jam enam nih. Nanti telat!"

"Eh, bentar-bentar. Kenapa pelipis lo lebam?" tanya Anggita ketika melihat luka yang sedikit kering di sudut bibir Abrisam, juga memar pada pelipisnya. Dan itu adalah luka yang disebabkan oleh Dion tadi malam.

"Nggak apa-apa, udah ayok! "

"Lo mau bawa gue ke rumah lo? Sakit nih anak!"

Dengan cepat Abrisam melepas genggaman tangannya. Cowok itu memejamkan mata, merasa sangat malu. Kenapa gue mendadak bego gini, sih?!

"Sampai jumpa di sekolah!" Anggita melambaikan tangan saat gadis itu sudah menyebrangi sungai kecil untuk sampai di rumahnya.

Abrisam hanya membalas hal itu dengan sebuah senyuman. Ada sebuah rasa dalam hatinya yang tidak bisa dijelaskan.

L(*OεV*)E

Bel masuk telah berbunyi, Abrisam kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Menggambar. Sangking sukanya dengan hal itu, buku tulis Abrisam hampir penuh hanya karena gambaran tidak jelas yang dia buat. Walau begitu, lukisan tangannya sangat indah. Dalam setiap gambar, seperti ada makna tersendiri.

"Woi, ada murid baru!" heboh siswa kelas XII MIA 3 berhambur untuk duduk di tempat masing-masing.

"Gila, dia cans banget!" Abrisam mendengar bisikan-bisikan seperti itu dari siswa yang duduk di depannya.

I'am Not ALONE || TERBIT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang