☞ EMPAT BELAS ☜

402 53 0
                                    

Sebaik apapun seseorang mengenal kita, mereka tidak akan pernah mampu mengetahui isi hati kita. Jadi, belajarlah untuk tidak terlalu mempercayai seseorang, karena bayangan pun pasti akan menghilang kala gelap.

Happy Reading 🐾

Seorang gadis dengan balutan piama berwarna hijau sedang duduk di bawah ranjang sambil menangis. Walaupun hatinya terasa sakit, gadis itu tetap mencoba untuk menyembunyikan isakannya. Di tangan mungilnya, terdapat sebuah boneka kayu kecil yang selalu dia bawa saat bersedih. Anggita, gadis itu semakin banyak meneteskan air mata sambil memeluk boneka kayu ditangannya.


"Ata ... gue rindu sama dia yang dulu ...." sebuah banyangan ketika Anggita mendapatkan boneka bernama Ata itu kembali terngiang di otaknya.

"Lihat deh, bagus 'kan?" ucap seorang anak laki-laki kecil sambil memainkan boneka kayu di tangannya, "aku dapat ini dari London, loh ...."

"Wah, bagus banget. Aku suka, lucu!" gadis kecil dengan boneka teddy di pelukannya menatap boneka kayu di tangan sang sahabat dengan tatapan kagum.

"Kamu suka?"

Anggita kecil mengangguk antusias membuat dua kuncir rambutnya bergerak lucu.

"Yaudah ambil aja, ini hadiah dari aku!" anak laki-laki tadi menyodorkan boneka kayu kecilnya pada Anggita, kemudian pergi sebelum Anggita sempat mengucap terima kasih.

"Akak angis?" tanya Dita yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan Anggita.


Dengan cepat Anggita mengusap sisa air mata di pipinya, "nggak kok, kakak nggak nangis."

"Itu? Apa?" Dita menunjuk sebuah benda yang di genggam kakaknya.

"Dia namanya Ata, bagus 'kan?"

"Iya bagus!" ucap Dita mengelus kepala boneka kayu tersebut.

"Dita ... ayo tidur, ini sudah malam sayang!" panggil Mawar dari ambang pintu.

"Iya, Ma." Dita berlari meninggalkan kamar sang kakak untuk pergi ke kamarnya.

"Ita, kamu nggak apa-apa?" tanya Mawar melihat mata sembab putrinya.

"Nggak apa-apa, Ma, Ita ngantuk." jawab Anggita berbohong, sebenarnya dia sangat ingin mengatakan kepada Mawar, bahwa hatinya sedang hancur. Namun, Anggita tau hal itu hanya akan membuat sang ibu bersedih.

"Yaudah, mama tidurin Dita dulu, ya. Kamu jangan begadang!"

"Iya, Ma."

Ma, Ita sedih, Ita nggak tau harus ngomong ke siapa. Papa kembali, papa ada di dekat kita. Ita cuma takut kalau hubungan Papa Arion sama Mama hancur karena kehadiran papa. Makanya Ita nggak mau cerita ke Mama.

Setelah menutup pintu kamar, Anggita kembali menangis dengan menyandarkan punggungnya di balik pintu. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa semua terasa sangat rumit?

L(*OεV*)E

Pagi ini, kondisi Abrisam lebih baik dari kemarin. Sebenarnya Dokter Johan tidak mengizinkan cowok itu pulang, tapi dia memaksa dan ahirnya saat ini Abrisam sudah duduk di kursi taman belakang sekolah.

I'am Not ALONE || TERBIT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang