☞ SEPULUH ☜

370 52 3
                                    

Persahabatan antara laki-laki dan perempuan tidak akan pernah bertahan lama. Karena, mustahil diantara mereka tanpa adanya rasa cinta. Terkadang, itu hanya akan membuat satu pihak tersakiti.

Happy Reading 🐾

"Kamu bisa bekerja sebagai OB, mau?" tanya CEO setengah baya itu kepada Abrisam.

Abrisam mengangguk antusias, "Saya mau Pa, terima kasih banyak!"

"Saya belum tahu nama kamu, bisa perkenalkan diri?"

"Nama saya Abrisam Abdar Aabid, biasa dipanggil A. Usia saya sebentar lagi delapan belas tahun, maaf nama bapa-eh Papa?" jawab Abrisam ragu-ragu.

"Salam kenal A, saya Arion Aditama. Oh iya, apakah kamu keberatan jika menjadi gondala? Kalau keberatan bicara aja! Saya akan jadikan kamu Cleaning servis."

"Nggak apa-apa Pa, jadi gondala saja, saya siap!"

"Kalau begitu, selamat bergabung. Ingat, panggil saya papa! Karena nanti saya juga akan sedikit mengajarimu tentang pekerjaan seorang CEO. Siapa tau nantinya kamu bisa sukses, oke?" Arion menepuk pelan pundak karyawan barunya.

"Aamiin ya robbal alamin ... terima kasih banyak Pa, saya pamit dulu!" ucap Abrisam meninggalkan ruangan pimpinan CEO itu untuk kembali ke rumah.

"Dia anak yang baik, saya berharap bisa mempunyai menantu seperti Abrisam kelak!" gumam Arion menatap kepergian A dengan senyuman manis.

"Alhamdulillah Ya Allah, semoga dengan pekerjaan ini hamba mampu membiayai kuliah sendiri dan mengejar cita-cita hamba. Aamiin ...." gumam Abrisam pelan saat berada di luar gedung perusahaan milik Pak Arion.

L(*OεV*)E

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum."

Pagi ini sebelum berangkat ke sekolah, Abrisam menemui Ustadz Soleh untuk meminta maaf. Kejadian beberapa hari yang lalu itu terus saja membuat Abrisam gelisah. Bukan tanpa sebab, sebelumnya Ustad Soleh tidak pernah marah kepadanya. Mungkin kesalahan yang dilakukan cowok itu terlalu besar sekarang, hingga membuat beliau mengusirnya.

"Wa'alaikumsalam ... A? Ayo masuk!" sambut Ustadzah Naila.

Abrisam mengedarkan pandangan, berharap menemukan Ustadz Soleh dalam ruangan ini. "Ustadz nggak dirumah ya, Ustadzah?"

"Pak ustadz masih di mushola A, ada keperluan apa, kenapa datang pagi sekali?" tanya Ustadzah Naila duduk di sofa ruang tamu, berhadapan dengan Abrisam.

"Saya hanya ingin minta maaf, Ustadzah."

Ustadzah Naila mengangguk sambil ber oh ria. "Saya panggilkan dulu ya A, kamu tunggu sini!" ucapnya.

Abrisam mengangguk, membiarkan Ustadzah Naila pergi menjemput suaminya di musola yang letaknya juga tidak jauh dari perumahan mereka. Beberapa menit menunggu, Ustadz Soleh pulang ke rumah bersama sang istri. Abrisam mengulurkan tangan kanannya untuk mencium punggung tangan sang guru.

"Tumben pagi-pagi datang ke sini, A?" tanya Ustadz Soleh. Dari raut wajahnya, sama sekali tidak ada kemarahan.

"Saya minta maaf, Ustadz. Kejadian kemarin itu tidak seperti yang Anda fikirkan." balas Abrisam menundukkan kepala.

"Kamu boleh menjelaskannya!"

"Waktu itu ada sosok gadis yang meminta pertolongan, A coba bantu dia dengan mencari keluarganya. Tapi, A tidak menemukan apapun, ahirnya dia berhenti di depan sebuah club. Disana A tidak sengaja melihat teman sekolah A yang hampir dilecehkan seorang pria dewasa. Bagaimana bisa A diam saja Ustadz? Dia memang salah karena pergi ke tempat seperti itu, tapi saya akan lebih merasa bersalah jika membiarkan kehormatannya sebagai seorang gadis dihancurkan. Jadi, saya menolong Anggita dan membawanya langsung ke kamar Ical melewati jendela, karena waktu itu ada tamu di rumah pak ustadz. Maaf Pak, saya salah!"

I'am Not ALONE || TERBIT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang