☞ DUA BELAS ☜

364 52 12
                                    

Kamu kuat!

Happy Reading 🐾

Abrisam mencoba membuka mata, menyesuaikan cahaya yang memasuki netranya. Pertama ia melihat atap bernuansa putih dengan bau obat menyengat indra penciuman. Inilah tempat yang paling cowok itu benci, rumah sakit.

"Kamu sudah siuman?" tanya seorang lelaki paruh baya dengan stetoskop menggantung di lehernya.

"Saya kenapa, Dokter?" tanya Abrisam, "kenapa saya begitu lemah?"

"Kamu Abrisam 'kan? Pasien yang pernah opname di rumah sakit ini?" dokter dengan nametaq bernama Johan itu malah berbalik tanya.

Abrisam mengangguk antusias, "iya, saya Abrisam."

Dokter Johan maju beberapa langkah, membantu cowok pemilik tahi lalat di dagu itu untuk duduk bersandar bantal yang ditumpuk di atas brankar. "Kamu datang sendiri, Nak?"

"Langsung to the point aja, Dok. Saya nggak suka basa-basi!" tegas Abrisam dengan tenaga lemah.

"Begini, Nak ...." dokter Johan menatap lekat mata sayu milik Abrisam, lelaki itu merasa iba ketika mendapati luka dari tatapan cowok di hadapannya, "kamu ... mengidap-"

"Kenapa, Dok?" lirih Abrisam meminta penjelasan.

Dokter Johan menimang kalimat yang akan diucapkannya, mengalihkan pandangan dari Abrisam agar cowok itu tidak kecewa dengan apa yang dia ucapkan. "Kamu-jangan pernah menyerah untuk berusaha, ya!"

"Dokter!" Terlihat Abrisam mulai kehilangan kesabaran, terdengar dari nada bicaranya yang mulai meninggi.

"Karsiomanasofaring!" ucap lelaki itu cepat, memalingkan wajahnya dari pandangan Abrisam. "Maaf, Nak."

"Apa?" Merasa kurang jelas, Abrisam ingin memastikan. "Kenapa dokter menangis?" lirihnya melihat air mata mengalir di wajah Dokter Johan.

"Jangan pernah menyerah, Abrisam, perjuanganmu masih panjang. Kamu harus yakin untuk segera sembuh!"

Abrisam mengangguk, "pasti, saya ingin menggapai cita-cita dulu!"

"Saya salut akan semangat yang kamu punya," Dokter Johan menepuk pelan pundak Abrisam. "Istirahatlah, kamu nggak boleh pulang sebelum sembuh!"

Cowok yang saat ini memakai baju rumah sakit itu tertawa pelan, semangatnya juga hadir karena dukungan Dokter Johan. Mengeluarkan sisa uang yang berada di kantong jaket di atas nakas, Abrisam menyodorkan uang receh tersebut pada Dokter Johan. "Saya hanya punya uang ini, Dok, apa saya pantas untuk di ompname?"

Dokter Johan menarik sudut bibirnya ke atas, menciptakan sebuah lengkungan yang membuat pipi keriputnya berlubang. "Mulai sekarang, kamu anak saya! Saya akan membantu kamu sampai sembuh."

"Ish, beban!" gumam Abrisam mengalihkan pandangannya.

"Bukan, diantara semua pasien yang pernah saya rawat, kamu adalah anak yang paling kuat. Jadi, kamu bukan beban!" setelah mengatakan kalimat itu, dokter Johan melangkahkan kakinya meninggalkan Abrisam sendirian.

Cowok itu mendongak menatap langit-langit rumah sakit. "Nasofaring?" lirihnya.

"Tandanya gue nggak akan bisa hidup lebih lama." lanjut Abrisam lagi. Dia cukup faham mengenai penyakit yang dialaminya. Karsioma Nasofaring.

I'am Not ALONE || TERBIT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang