☞ TIGA BELAS ☜

328 56 5
                                    

Tidak semua luka itu berdarah, juga tidak semua luka berdarah itu sakit. Pastikan hanya dirimu yang tau lukamu, karena mereka tidak pernah paham bagaimana sakitnya kehancuran dalam sebuah senyuman.

Happy Reading 🐾

"Pa-" Anggita menggelengkan kepalanya keras, sebutir air jatuh dari kelopak matanya. Ng-nggak dia nggak mungkin papa.

"Ada apa, Nak?" tanya Dion ramah. Wajah gadis didepannya itu tidaklah asing, tapi dimana dia pernah mengenalnya?

"Papa ...," isak Anggita saat Dion mendekat, dia benar-benar papa kandung Anggita. Gadis mungil itu berhambur memeluk lelaki yang berdiri tegap dihadapannya saat ini. Lelaki yang sangat dia rindukan dan dia cari-cari selama sepuluh tahun terahir.

"Ka-kamu? Anggita? Anak papa?" Dion membalas pelukan putrinya tak kalah erat. Ternyata selama ini orang yang selalu dia rindukan ada di dekatnya. Dunia begitu sempit, tapi hampir semua orang tidak bisa merasakan hal itu. Betapa bodohnya Dion, gadis yang mencoba dilecehkan olehnya, ternyata adalah putri kadungnya sendiri.

Mengingat sesuatu, Anggita melepas pelukan itu sekali hentak kemudian menangis histeris. "PAPA JAHAT! PAPA NINGGALIN Ita sama mama sendiri waktu itu ...." teriaknya semakin melemah.

"Sayang papa nggak-" Ucapan Dion terpotong saat putrinya berlari keluar rumah. "ANGGITA!"

"Dia butuh waktu sendiri, sekarang lebih baik Om pergi ke rumah sakit Delima. Abrisam membutuhkan Om!" ucap Naufal menghentikan langkah Dion.

Lelaki itu menatap tajam cowok yang datang bersama Anggita tadi, "Tapi saya tidak butuh anak itu!"

"Permasalahan rumit macam apa lagi ini?" gumam Naufal saat punggung Dion mulai menjauhi pekarangan rumah untuk mengejar Anggita.

Sementara itu, Anggita berlari tak tentu arah. Bayangan masa lalu seolah kembali memutari kepala, dia kecewa, disaat dirinya telah menemukan Arion yang merupakan kebahagiaannya, Dion kembali datang. Apakah hati Mawar akan kembali dihancurkan? Perpisahan 10 tahun lalu itu sudah cukup membuat Mawar dan Anggita terluka. Jadi, Anggita memutuskan untuk tidak akan membuat luka tersebut kembali terbuka.

Anggita kecil berlari menuju rumah saat pulang sekolah. Gadis itu melihat seorang wanita yang tidak dia kenal datang bersama Nasim, sahabatnya.

"Ita!" panggil anak laki-laki yang berusia lebih tua dari Anggita.

"Nasim? Kok tadi kamu nggak sekol-"

"Ayo kita masuk, Sayang!" potong wanita muda yang berdiri di samping Nasim. Sama dengan Nasim, Anggita juga mengikuti langkah wanita itu untuk memasuki rumah.

Dari ruang utama, terlihat Dion-ayah kandung Anggita-sedang mengulurkan kedua tangan seolah menyambut kedatangan wanita itu. Disampingnya, Mawar sedang menangis sambil menggelengkan kepala.

"Ayah!" Nasim langsung berhambur ke pelukan Dion membuat Anggita kecil semakin kebingungan.

"Ini rumah kamu, Mas? Besar banget!" puji wanita bernama Vina, istri kedua Dion.

"Tega kamu, Pa?!" sentak Mawar sambil terisak, "selama ini kamu jarang pulang karena mengurus mereka? Aku nggak nyangka kamu bisa begini!"

Mawar berjalan mendekati Anggita yang hanya menyaksikan kehancuran keluarganya di ambang pintu.

"Kita pergi, Sayang! Jangan pernah mengingat dia lagi. Dia bukan ayahmu!" ucap Mawar menekan setiap kalimat yang keluar dari bibirnya.

"Kenapa papanya Nasim adalah papa? Jadi, Nasim saudara Ita, Ma?" tanya Anggita dengan tampang polosnya.

I'am Not ALONE || TERBIT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang