☞ EMPAT ☜

594 67 2
                                    

Kehilangan bukan berarti keterpurukan, melepas dengan ikhlas adalah jalan alternatif untuk lupa dengan seseorang yang sangat berharga.

Happy Reading 🐾

"IBUK!" teriak Abrisam ketika melihat ibunya terbaring dilantai dengan kondisi mengenaskan yang mengeluarkan buih dari dalam mulutnya.

Dengan langkah tertatih Abrisam menghapus bercak darah dari hidungnya kemudian duduk di samping tubuh Vina. Cowok itu menempelkan jari jempol pada pergelangan tangan sang ibu.

Deg

Tidak ada denyutan nadi yang dia rasakan dari pergelangan tangan Vina. Abrisam menggelengkan kepala kuat, biarpun wanita ini tidak pernah berbaik hati padanya, tetap saja Vina adalah ibunya. "Bangun, Buk!" ucap Abrisam bergetar.

Bug

Satu bogeman keras mendarat di pelipis Abrisam, membuat tubuh lemah cowok itu mundur beberapa langkah. "DASAR ANAK NGGAK TAU MALU!"

"Ay—"

Brak

"SAYA MENYESAL TELAH MENGASUH ANAK SEPERTI KAMU," Dion kembali memukul anaknya bertubi-tubi, "anak nggak tau terima kasih."

Tubuh Abrisam yang kini tersungkur mencoba untuk bangkit, cowok itu melangkahkan kakinya dengan tertatih untuk mendekati jasat Vina. Saat tubuh lemahnya terduduk di samping Vina, Dion menendang kuat dada Abrisam sambil terisak hebat. "Jangan berani menyentuh istri saya, atau kamu akan mati!" teriaknya.

"Ayah, ini bukan seperti yang—"

"PERGI KAU, PEMBUNUH!"

Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Abrisam kembali mendekati jasat Vina yang saat ini sedang dipeluk ayahnya. Namun, lagi-lagi Dion menepis kasar dan menghempaskan tubuhnya.

"Saya menyesal pernah menganggap kamu sebagai anak. Kamu bukan anak saya, pergi!" isak Dion terdengar kencang di sela murkanya.

"Maksudnya, a—ayah bicara apa?"

"Pergi, anak pembawa sial!" lelaki itu tetap saja terisak sambil menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Abrisam menyerah, tenaganya seolah telah habis dan tubuhnya begitu lemah. Tangan transparan milik Grilya berusaha mengusap sisa air mata di pipi cowok pemilik tahi lalat di dagu itu. Namun, tidak berakibat apapun bagi empunya.

Tenang A, ini bukan salah kamu. Udah, jangan nangis! ucap Grilya menenangkan.

"Ada apa ini?" Ustadz Soleh datang bersama istrinya setelah mendengar ketibutan besar terjadi di rumah ini.

"Astagfirullah, Ibu Vina?" Ustadzah Naila mengbekap mulutnya sendiri melihat jasat Vina yang di peluk sang suami.

"Ummi!" Mata Ustadz Soleh mengisyaratkan agar istrinya membawa Abrisam pergi. Lelaki itu was-was melihat kondisi Dion yang penuh amarah.

Ustadzah Naila mengangguk, menyentuh bahu Abrisam dan menyuruhnya berdiri untuk dibawa pulang ke rumahnya. "Ayo, A!"

Abrisam berdiri, tapi tidak untuk mengikuti wanita berhijab syar'i itu. Dia melangkah tertatih untuk mendekati sang ayah. "Yah ...."

I'am Not ALONE || TERBIT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang