Kembali normal.

187 28 12
                                    

Arti menghargai akan kamu pahami lewat penyesalan. Setelah kamu bertemu dengan yang namanya kehilangan.

_Waktu_

•♡•

Happy Reading❤































Cakra bolos kerja. Izin sakit, padahal hanya ingin sekedar rebahan merenungkan segalanya yang telah terjadi setelah beberapa minggu lalu. Kini dia tidak pernah bertemu dengan Asmara sejak kejadian terakhir itu. Kejadian di mana Rigal menculik Asmara untuk di jadikan umpan.

Sepertinya Rigal di duga gangguan mental. Sampai bersumpah tidak akan membiarkan Cakra mendapatkan cinta. Baik itu dari teman ataupun pacar. Contoh aksinya adalah kejadian kemarin. Hingga berakibat Asmara dan Cakra harus berada di rumah sakit mengobati luka-luka mereka.

Kini berbagi kabar pun sudah tidak selama ini. Asmara seperti menghilang di telan bumi. Suaranya tidak lagi bisa di dengar. Bahkan wujudnya sangat jauh sampai tidak bisa terlihat.

Terus-menerus Cakra renungi semua perbuatannya sampai lupa dengan kewajiban. Terutama makan. Dia jadi lebih sering bolos dengan alasan yang sama, yakni sakit.

Seperti sekarang, Cakra sedang duduk di tepian kasur sambil menatap kosong ke depan. Penampilannya acak-acakkan. Menunjukkan sekali bahwa dia sedang memiliki sebuah fikiran yang berat. Cakra mendengus, kemudian menampar pipinya keras sambil berkata, "Gue emang manusia ga tau diri."

"Bukan Asmara yang ga tau diri. Tapi gue!"

"Gue selalu bilang dia monster, padahal gue lagi sebut diri gue sendiri!"

"Tanpa perbuatan dia pun, gue udah jadi antagonis di cerita ini!"

"Ini karena persepsi gue yang salah tentang cinta!"

"Lagi-lagi gue harus kehilangan!"

"Bego lo bego Cakra bego! Lo emang setan Cakra!!"

Tidak puas menampar, dia pun mencubit juga memukul dirinya sendiri. Hati juga fikiran Cakra sedang kacau. Rasa sesal itu benar-benar menghantui dirinya. Dia pernah gagal dalam hal cinta, atas nama kehilangan. Bukan menghargai yang sudah ada tapi dia malah membuangnya secara percuma.

Perasaan memang tidak bisa di paksakan. Tapi yang utama adalah niat. Tidak bisa di paksa sekali pun jika sudah berniat merubah konsep itu pasti lambat laun akan terubah. Benar kata Asmara, bisa karena terbiasa. Seiring berjalannya waktu sebuah pasti terbentuk sebagaimana mestinya.

Cakra beranjak kemudian berjalan mendekati tembok. Dia tonjok tembok yang tidak punya salah itu secara brutal berkali-kali. Sampai meninggalkan jejak retakkan padanya. Setelah lelah, Cakra menyenderkan tubuh pada tembok tadi. Perihal tangan yang sudah lecet dan berdarah, dia sungguh tidak perduli. Cakra meremat rambut kuat-kuat. Kembali menampar diri serta berjalan mendekati kasur. Sempoyongan, alhasil dia terjatuh di atasnya karena kehabisan tenaga.

Tidak lama datanglah tiga orang masuk ke dalam kosan tanpa permisi. Melihat pintu terbuka lebar, etika mereka pun merosot dan langsung menerobos masuk dengan embel-embel sudah di anggap rumah sendiri. Sudahlah.

Mereka adalah Tejo, Bima dan Avior. Raut wajah mereka seketika berubah jadi panik saat kali pertama melihat ruangan yang berantakan. Tidak biasanya sosok Cakra yang cinta kerapihan singgah di tempat yang mirip seperti kandang kuda macam itu. Mata mereka langsung tertuju pada seseorang yang sedang bernafas di atas kasur. Segeralah ketiga manusia tadi ngacir menghampirinya.

Waktu ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang