Problematika hidup.

198 40 5
                                    

Ditinggal oleh seseorang yang kita cinta, sangat sakit luar biasa.

_Asmara Sepia Pitaloka_

•♡•

Happy reading❤
























Di rumah makan padang, Asmara makan dengan lahap, tidak perduli ada Cakra di hadapannya. Masalah perut, harus di nomor satukan. Mulut Asmara sudah penuh dengan makanan, Cakra menatap risih gadis itu karena menurutnya tidak sopan. Belum lagi sudut bibirnya yang sudah belepotan. Ingin sekali Cakra bertanya, apakah dia tidak makan satu tahun sampai bersikap seperti orang kelaparan? Tapi Cakra takut bahwa Asmara akan menganggap serius serta menyimpulkan dia perduli.

"Cakra ga makan?" tanya Asmara dengan pipi yang mengembung akibat terlalu banyak makanan di dalamnya.

"Lo bikin gue ga nafsu makan!"

"Cakra."

"Paan?"

"Bibir Asmara belepotan."

"Harus gue kepangin?"

"Susutin."

"Najis."

Cakra menelan makanan itu kemudian berdecak kesal. Kenapa sih Cakra tidak bisa romantis sama sekali!

"Romantis dikit kek!"

"Lo ga pantes di romantisin."

"Aaaa Cakra mah!"

"Buruan gue ada janji sama pacar gue."

"Iya." Asmara mendengus pasrah.

**

Asmara masuk ke dalam kemudian langsung masuk ke dalam kamar Vika. Disana Vika sedang tidur nyenyak. Terlihat tenang dan damai wajahnya. Asmara mendekat, suara langkahnya dia samarkan agar Vika tidak terbangun. Asmara duduk ditepian kasur, dia menggenggam tangan Vika tapi aneh. Rasanya sangat dingin sekali.

"Mama kedinginan?" Asmara berubah fikiran. Dia membangunkan Vika, mengingat ini sudah waktunya Vika makan dan minum obat.

"Mama, makan dulu. Habis itu minum obat. Ayok ma, bangun." Asmara mengguncang-guncangkan perlahan lengan Vika.

Kecemasan Asmara mulai meningkat, Vika belum juga mau bangun. Tubuh mamanya pun terasa kaku, ada apa?

Asmara mengecek pernafasan Vika. Astaga, tidak ada hembusan nafas! Asmara pun mengecek denyut nadi tapi hasilnya sama. Tidak ada denyutan tertanda Vika masih hidup. Apa artinya, apa Vika sudah meninggal? Oh tidak, tidak boleh. Jangan panggil Vika dulu ya Tuhan.

"Papa!" Teriak Asmara.

Asmara memukul dahinya. Bodoh sekali, memang Denis akan sudi menghampirinya. Mimpi Asmara terlalu tinggi. Asmara kalang kabut, dia berlari keluar kamar menuruni anak tangga mendekati Denis. Di ruang tamu, Denis sedang santai memainkan ponsel. Duduk di single sofa dengan satu kaki ditumpangkan pada kaki lainnya.

Waktu ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang