Tidak suka di atur.

150 35 0
                                    

Tidak diberi niat untuk membalas rasamu saja aku sangat bersyukur.

_Cakrawala Arkananta_
•♡•

Happy Reading❤













Di teriknya cahaya matahari Asmara tetapkan untuk melepas rindu pada seseorang yang telah tiada. Seseorang yang telah pergi meninggalkannya di dunia yang kejam sendirian. Asmara tidak selamanya bisa menyembunyikan luka dalam hati. Tapi lidah gadis itu seolah kelu ketika menatap batu nisan di hadapannya sekarang.

Doa yang tidak pernah putus, selalu Asmara titipkan pada tuhan bersamaan dengan air mata yang menyaksikan. Kepahitan serta kegagalan cinta kasih nomor satu dalam hidupnya sungguh membuat batin Asmara memberontak.

Asmara merasa Tuhan tidak adil. Dia merasa kalau dia satu-satunya manusia malang di muka bumi ini. Meskipun dia tahu, masih banyak yang lebih malang nasibnya dibandingkan dengan dia.

Tapi nasib apalagi mental seseorang itu tidak bisa di banding-bandingkan. Jika ingin menyemangati, semangatilah dengan kata-kata yang pantas diucapkan. Jangan menyemangati tapi jatuhnya membandingkan atau menjadikan gurauan soal mental seseorang.

Kamu yang tidak mengalami, mana tahu? Jika kamu mengalami langsung pasti kamu akan paham, bukan menuntut dia. Beri tahu perlahan, jangan paksakan karena sulit bangkit saat hati kalut dalam rasa duka yang membalut.

Jangan kamu beropini "dianya aja yang alay", "cih mental tempe", "masih banyak yang dibawah lo, jangan cengeng!", "gue mah baik buat support dia. Ngasih dia motivasi dengan contoh yang di bawah. Dianya aja salah paham."

Kamu fikir dengan alasan kamu seperti itu kamu sudah merasa paling benar? Hargai perasaan seseorang.

Asmara mengusap-ngusap batu nisan pada makam Vika setelah saat dia sudah menaburinya bunga-bunga. Senyum yang di paksa tersemat diwajah lugu Asmara. Air matanya lolos satu tetes, membuat dia harus menggerakan tangan mengusap jejak air mata tadi.

"Ma, bahagia di sisi Tuhan ya. Asmara selalu do'ain Mama kok. Asmara pamit kerja dulu. Tenang, Ma, Asmara bakal sering kesini buat nengokin Mama," kata Asmara.

Semakin dia paksakan untuk tersenyum, kenapa semakin sakit hatinya. Seperti di lilit sesuatu dengan sangat kencang dan kuat.

Bahu Asmara bergetar tanpa sadar. Air matanya sudah membanjiri wajah meskipun senyum manis tidak luntur karena sedih yang teramat sangat.

"Tunggu Asmara disana, Ma. Semoga kita ditemuin sama Tuhan dialam sana nanti. Asmara sayang Mama."

"Kemana aja kamu ga pulang ke rumah!"

Leher Asmara tercekat. Matanya membelalak ketika mendengar suara itu dari arah belakang. Asmara berbalik badan ragu karena dia sudah tahu siapa yang datang.

"P-papa?"

Denis. Dia berjalan mendekat. Menendang Asmara sampai terpental agak jauh darinya. Dia mengacak-ngacak bunga indah diatas tanah kuburan Vika dan menendang-nendangi batu nisan mendiang istrinya. Sungguh tidak punya akal apalagi hati nurani.

"Papa jangan! Kasian Mama, Pa!" Teriak Asmara seiring dengan tangisnya. Semua sedih dalam jiwa keluar saat netra indah milik Asmara menemukan Denis yang benar-benar kurang ajar bersikap.

Denis berhenti melakukan hal bodoh pada makam Vika. Matanya menyorot tajam pada Asmara kemudian menarik rambut Asmara yang di kuncir kuda dengan kasar. Asmara merintih sakit atas perlakuan Denis. Kepala Asmara terasa perih karena tarikan papanya.

Waktu ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang