Undangan.

161 34 6
                                    

Suka bercanda, bukan berarti rasa untukmu itu juga candaan!

_Cakrawala Arkananta_
•♡•

Happy Reading❤
























Salahkah jika berdoa pada Tuhan agar cepat-cepat melenyapkan satu manusia di muka bumi ini? Sangat menjengkelkan. Hanya membuat darah jadi naik ketika kerap kali melihat wajah lugu yang penuh dengan ketidak warasan. Siapa dia? Berani sekali terus saja memendam rasa. Kurang ajar sekali telah berani masuk dan membuat kacau yang terlanjur kacau. Masih salah jika berdoa agar dia cepat menghilang?

Tidak sudi bertemu dia di dunia ataupun di masa depan bersama reinkarnasinya jika ada. Cukup sekali, itupun sudah membuat jiwa stres. Bagaimana jika harus sekali lagi. Mau membuat mati perlahan?

Ini memang kesalahan personal. Telah bermain dengannya yang teramat gila mengatur rasa. Sampai dia lupa bahwa dia masih punya akal sehat untuk mengatur sikap. Apa benar, jika tidak sedikit manusia yang terlalu terbawa perasaan sampai bodoh dan terus melangkah di jalur yang salah?

Bahkan sering kali tertampar kenyataan pahit pun kenapa dia terus saja berharap. Seolah masih ada secercah harapan untuknya mengejar impian. Bisa di akui, ambisi gadis itu luar biasa. Mentalnya sekuat baja. Tapi akal fikirnya, sangat rendah bahkan untuk mengotak-ngatik ulang persepsi yang salah paham. Karena apa? Semua karena rasa ambisi yang terlalu besar. Menjadikan dia sebagai sosok yang gelap mata dan buntu akal. Egois? Tentu saja. Rasa tidak bisa di jadikan alasan untuk tetap menjalankan ambisi. Jika sudah tidak, ya tidak.

Siapa yang salah? Kenapa jadi mendapat peran antagonis. Padahal hanya sekedar mengikuti apa yang di rasakan. Hanya tidak mau berbohong pada diri sendiri. Sekali lagi, siapa yang salah?

Tentu saja yang egois lah yang salah. Bukan salah, tepatnya buta. Buta karena dia terus saja memikirkan perasaan tanpa menyelaraskan dengan akal fikiran.

Sudahlah. Membahas dia tidak akan ada habisnya. Selagi dia masih bernafas bebas di dunia ini, namanya akan selalu tersebut sebagai hama perusak kejiwaan. Harapan besar atas alur cerita ini, adalah dia cepat pergi!

"Kenapa, Ra?" tanya Abila.

Asmara yang sedari tadi menutup diri dengan menenggelamkan wajah diantara lipatan tangan, akhirnya mendongak. "Ga apa-apa, Bil."

"Cakra kan? Karena sejak Cakra keluar dari sekolah ini, lo jadi anak ansos. Bahkan sekedar cerita sama gue pun lo jarang sekarang."

"Ga tau kenapa. Rasanya separuh jiwa Asmara hilang di bawa Cakra."

"Ra. Lo bisa ga sih untuk move on dari dia? Lo anggap Avior itu apa?"

"Asmara ga suka sama Avior. Asmara sukanya sama Cakra."

"Terus alasan lo jadi pacar Avior sampe sebulan lebih, apa?"

"Balas budi, udah."

Abila menggelengkan kepala. Tidak percaya Asmara akan jadi monster seperti itu. Dia tidak menyangka juga Asmara bisa jadi seperti Cakra yang lihai memainkan perasaan seseorang. Salah? Sangat!

Perasaan, bukan candaan apalagi mainan!

"Jahat banget sih lo. Hilang akal?" tanya Abila.

Asmara jengah. Ucapan Abila selalu menambah dilema dalam hati dan fikiran. Beginilah ciri-ciri orang egois. Di beri masukan, tapi menganggapnya sebagai penghalang. Berakhir galau tidak karuan padahal sudah di jelaskan solusi untuk keluar dari sebuah persoalan. Untuk kamu sang motivator yang merangkap sebagai teman curhat sahabat, semangat selalu.

Waktu ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang