Pergi.

199 25 0
                                    

Aku pergi untuk kembali.

_Cakrawala Arkananta_

•♡•

Happy Reading❤


























Asmara nekat bolos sekolah, demi mengantar Cakra sampai terminal. Terlalu singkat kebersamaan mereka. Walau Cakra berjanji akan menetapkan dia sebagai yang terakhir, kecemasan Asmara dengan tidak tahu malunya terus datang meracuni akal fikiran.

Sial. Kenapa harus hari ini.

Kenapa tidak diberi sejenak jeda agar mereka bisa menghabiskan waktu berdua.

Mereka sedang berada didalam taksi. Taksi itu sudah membawa mereka dalam setengah perjalanan. Yah, mereka adalah Iren, Cakra, Asmara dan Avior. Tidak hanya Asmara yang bolos. Avior, Bima serta Tejo pun serupa. Hanya saja Tejo juga Bima terpisah. Mereka berdua berboncengan naik motor dibelakang taksi yang ditumpangi Cakra.

Iren duduk didepan. Sedangkan Avior harus menahan gejolak api cemburu yang membakar jiwanya. Saat dia terjebak dalam situasi sulit. Dimana Asmara, memeluk Cakra erat dan dibalas pelukan yang tidak kalah erat dari Cakra.

Isak tangis Asmara belum juga berhenti sejak tadi. Dia ingin ikut!

Avior menghela nafas panjang lalu menghembuskannya kasar. Cakra menoleh. Lantas menepuk bahu Avior sambil tertawa ringan.

"Iri bilang karyawan!" Seru Cakra.

Tatapan tajam tersorot langsung pada Cakra dari Avior. Kemudian netranya berubah sayu. Ketika beralih memandang Asmara yang berada dipelukan Cakra. "Ra, udah kek. Gue cemburu nih."

"Derita lo, kuyang!" Cakra kesal atas ucapan Avior barusan. Dia mengacak-ngacak wajah Avior dengan penuh rasa geram.

Avior berdecak. Dia melipat kedua lengan didada. Memilih menyandarkan kepala pada jendela mobil taksi dan melihat ke arah luar jendela. Melihat sesuatu yang indah, sudah pasti bukan hubungan Cakra dan Asmara.

"Saran dong," kata Avior.

"Apa?" tanya Cakra merespon ucapan sahabatnya yang terlihat menyedihkan itu.

"Nama petasan yang sekali duar bisa hancurin hubungan orang!"

"Kampret!"

Avior kembali mengeluh. Sedangkan Cakra fokus kepada Asmara. Dia melihat Asmara yang sudah sukses membasahi kaosnya dengan air mata. Cakra kebas. Dia hendak membenarkan posisinya namun Asmara malah lebih mengeratkan pelukan.

Senyum tipis terbit. Terpancar samar pada wajah Cakra. Dia menyibakkan helaian anak rambut Asmara yang menghalangi wajah cantiknya.

"Ra, kaki gue kebas," bisik Cakra lembut.

"Ga boleh pergi!"

"Belum juga pergi, udah dilarang."

"Ga boleh pokoknya!"

"Kenapa, hem?" Cakra mengendus pucuk kepala Asmara.

Asmara mendongak. Kantung matanya nampak membengkak. "Rindu."

"Kita aja belum sampe terminal dan lo udah rindu sama gue?"

Asmara mengangguk lemah.

Tawa ringan terdengar. Lolos dari mulut Cakra. Tingkah Asmara sangat lucu. "Alay!"

Rengekan Asmara semakin kencang. Iren menoleh ke belakang hanya sekedar memastikan apa yang membuat Asmara seperti itu. Setelahnya, dia kembali fokus pada ponsel.

Waktu ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang