Jangan sebut namanya.

155 42 2
                                    

READY FOR READING?

Tolong, jangan pernah kamu sebut namanya. Biarkan hanya sebatas nama tanpa harus hidup lagi dalam suatu cerita.

_Cakrawala Arkananta_

•♡•

Happy Reading❤


















"Cakra! Nadira siapa sih"

"Pacar gue, yang."

"Pacar yang ke berapa?"

"Gatau, lupa."

Asmara menghentak-hentakkan kakinya kesal sambil berjalan mengejar Cakra. Koridor masih sepi, karena Cakra langsung menggusur Asmara dari kosan Abila agar segera berangkat sekolah.

Tentu masih sepi, entah Cakra mau apa. Alasan dia pagi-pagi buta sudah ada di sekolah adalah bangun ke pagian. Disaat semua orang ketika terlambat karena kesingan, Cakra terbalik tingkahnya.

"Kenapa lupa?"

"Efek bangun kepagian. Gue amnesia."

"Cakra, Asmara serius. Nadira siapa?"

Cakra menghentikan langkah. Dia memutar bola mata malas dan berdecak sebal.

"Gue tembak pala lo nanti. Lo budek? Dia pacar gue."

"Yang ke berapa?"

"Gatau lupa Ra."

Asmara berkacak pinggang. Kedua pipinya sudah mengembung dan netranya menatap tajam pada Cakra. Cakra mengernyitkan dahi. Asmara marah? Kenapa menggemaskan sekali? Argh sial, Cakra gila melihat wajah imut Asmara. Kenapa, padahal dia tidak menyukai gadis itu?

"Dia spesial banget kayaknya," kata Asmara menyipitkan mata, menghakimi Cakra. Seperti hakim di gedung pengadilan.

"Ga ada yang spesial di hidup gue kecuali martabak!"

"Asmara?"

"Hewan kan?"

Asmara memukul lengan Cakra. Enak saja mengatainya hewan.

"Enak aja. Asmara manusia!"

"Gue kira amandel kuda."

"Ih Cakra!"

"Gausah gemes Ra! Takut gue sayang, ogeb!"

Dueng! Cakra menoyor kepala Asmara yang sedang menggerutu pada dirinya.

"Bagus dong kalo sayang?"

"Ga ada bagus-bagusnya gue sayang sama lo!"

"Yaudah, putus!"

"Berani lo bilang putus? Gue masukin lo ke botol!"

"Asmara bukan jin."

"Bacot mulu ah. Ayok ke penangkaran dan gabung sama spesies lo disana!"

Cakra menarik tas Asmara untuk melempar gadis itu ke kelasnya. Cakra juga ada kepentingan bersama jamban kesayangan pagi ini. Perut Cakra tiba-tiba sakit. Entah karena kurang makan atau kurang uang. Apa mungkin kurang masih sayany? Pftt.

"Romantis dikit kek!"

"Ga ada buaya romantis, kecuali buaya darat."

"Cakra buaya apa dong?"

"Buaya muara!"

Asmara terkekeh dan Cakra lanjut menyeret Asmara. Dia tidak mau pacar kecilnya itu terlalu berisik dan membuat dia terpojok sampai harus repot-repit menjawab pertanyaan tidak berguna dari Asmara.
**

Waktu ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang