Ahra Side
"Kalian sudah siap semua ?" Tanya Yoongi yang baru keluar dari kamarnya dengan ransel hitam di bahu kiri tersampir.
Semua yang sudah berkumpul di ruang tengah sedaritadi, mengangguk malas. Pasalnya setelah hampir menunggu satu jam lamanya, Yoongi akhirnya berhasil di bangunkan oleh Seokjin dari tidurnya untuk bersiap-siap pulang pagi ini
Sadar bahwa semua mata menatapnya, Yoongi pun mengangkat sebelah alisnya. Seolah menantang ke-enamnya. "Siapa yang semalam bilang akan merapihkan bekas makan kita semua ? Mana yang mengatakan akan mencuci piring dan membuang sampah ? Coba angkat tangannya."
Mendapat serangan, ke-lima dari mereka pun langsung bangkit tanpa menggubris ucapan Yoongi.
Bahkan Namjoon langsung mengambil posisi untuk mendorong kursi roda Ahra. Membuat Ahra mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Namjoon dari bawah.
"Maaf sudah merepotkan kalian semua, Oppa." Ucap Ahra lembut, di akhiri dengan senyum manisnya.
Namjoon membalas tatapan Ahra, sebelum akhirnya kembali menatap jalan. "Aku yang seharusnya minta maaf karena hanya bisa mengajakmu liburan satu hari saja."
Ahra yang juga sudah kembali menatap ke arah depan, menganggukan kepalanya. "Tapi setidaknya, satu hariku berkurang dengan indah karena bersama dengan kalian."
"Lho ? Bukankah kita akan pulang ?" Tanya Ahra bingung saat ia di bopong oleh Jimin dan di dudukan di atas kursi roda yang sudah menghadap ke arah pantai yang indah.
Saat semuanya sudah turun dari dalam mobil, tanpa komando semuanya berdiri membaris di kedua sisi Ahra dengan Namjoon yang masih tetap berada di balik kursi roda Ahra.
"Setidaknya, kita harus akhiri liburan singkat ini dengan lembutnya pasir pantai dan sejuknya angin laut." Ucap Seokjin sembari mengusap puncak kepala Ahra dengan sayang.
Mendengar hal tersebut, Ahra pun tersenyum dengan lebar. "Ayo, Oppa. Kita ke tepi pantai!!" Katanya sembari menepuk punggung tangan Namjoon yang berada di handle kursi rodanya.
Sesaat sebelum Namjoon melangkah, Taehyung menahannya. "Kau tidak akan menggunakan jaket ?"
Ahra mendelik, "kalau aku menggunakan jaket, aku tidak bisa merasakan sejuknya angin, Tae." Jawabnya dengan gemas, namun masih mampu membuat Taehyung serta Yoongi yang berdiri disampingnya menatap khawatir.
"Setidaknya, biarkan aku merasakan hembusan angin ini untuk yang terakhir kalinya," ujar Ahra dengan lembut, "bolehkan ?" Matanya menatap tepat pada manik Yoongi yang jelas sekali menunjukan kecemasannya.
Baik Taehyung dan Yoongi sama sekali belum mengeluarkan jawabannya, namun Namjoon sudah lebih dulu mendorong kursi roda tersebut.
"Hari ini, kau bebas melakukan apapun." Bisik Namjoon pelan, tepat di cuping Ahra. Yang mampu membuat wanita tersebut tersenyum senang.
"Tak ada yang akan melarangmu, aku jamin itu."
"Kau yakin, Oppa ? Termasuk Jimin-ie ?" Tanya Ahra dengan semangat, pasalnya semenjak hari kemarin Jimin selalu melarangnya melakukan hal apapun.
Bahkan, turun dari kursi roda saja dilarang oleh lelaki bermarga Park tersebut.
Namjoon mengangguk yakin setelah keduanya berhenti tepat di tepi pantai. Tubuhnya ia posisikan di hadapan Ahra yang tengah menatapnya dengan binaran mata yang jelas memancarkan semangatnya.
"Kau ingin jalan disini ?"
Tawaran yang diberikan pada Ahra, jelas saja di balas dengan anggukan keras. Sudah hampir satu minggu ia tak di izinkan berjalan oleh Jimin.
Jadi, untuk kali ini, ia akan melawan lelaki Park tersebut. Ia akan memaksakan kakinya untuk menopang tubuhnya yang sudah ringkih ini.
Sekalipun terjatuh, itu tak masalah.
Setidaknya untuk saat ini, biarkan kakinya merasakan lembutnya pasir pantai dan deburan ombak yang menyapa.
Jauh dari bibir pantai, kelima lelaki itu masih berdiri di tempatnya. Menatap pada satu titik yang sama.
Namjoon yang tengah membantu Ahra untuk melangkah menggunakan kedua kakinya.
"Bukankah indah, Jim ?"
Mendengar namanya disebutkan, Jimin menoleh pada Seokjin. "Apa yang indah, Hyung ?"
"Pemandangan saat ini," jawabnya. "Pantai yang indah, dengan semangat Ahra yang tidak luntur sekalipun, berada di satu frame yang sama."
"Kau salah, Hyung." Sanggah Jimin pelan, pandangannya ia arahkan pada matahari yang sudah berada tepat di atas kepalanya.
Walaupun membuat matanya perih, Jimin tetap memaksa untuk menatap matahari yang tengah memamerkan sinarnya itu.
"Ahra yang kalian kenal dengan penuh semangat, sudah tidak ada lagi." Sendunya, "kemarin, adalah pengobatan terakhirnya."
Walau sesak di dadanya susah untuk ia singkirkan, dengan terbata bata Jimin melanjutkan kalimatnya.
"Ahra .. dia .. hanya sedang .. menunggu .." suaranya semakin tercekat, "dia seperti ini .. karena ia .. ingin merasakan indahnya dunia .. untuk .. yang terakhir kalinya."
Hoseok yang berada di samping Jimin, langsung menarik lelaki tersebut ke dalam pelukannya.
Ia sadar, ia salah sudah mengkhianati Jungkook dengan menutupi perihal Ahra padanya. Tapi ia pun sadar betul, bahwa sosok yang akan benar benar merasakan sakitnya ditinggalkan oleh Ahra, adalah Park Jimin.
Lelaki yang sudah menemaninya berobat selama enam tahun, namun kini ia harus membiarkan temannya itu menyerah disaat mereka masih bisa berjuang bersama melawan penyakit tersebut.
"Kau kuat, Jimin-ah.." bisik Hoseok, "kau kuat .. Ahra melakukan ini, karna dia sudah lelah dengan semuanya."
Penuturan yang Hoseok bisikan, membuat tangisan yang Jimin tahan sejak semalam akhirnya tumpah di bahu lelaki tersebut.
Teman temannya yang lain, hanya bisa menatap sayu punggung yang kini berada di dalam kukungan Hoseok.
Mereka sama seperti Jimin, merasakan sakit. Tapi mereka pun tahu dengan jelas, bahwa sakit yang mereka rasakan tidak bisa dibandingkan dengan yang Jimin rasakan.
Yoongi menepuk bahu Jimin pelan.
"Ahra hanya ingin istirahat, kau .. harus biarkan dia .. beristirahat, Jim." Ucapnya, walau ia sadar bahwa istirahat yang ia lontarkan adalah sebuah isyarat.
Endingnya udah keliatan kan ? 😂
2021-22-02
KAMU SEDANG MEMBACA
HOUSE OF CARD [JJK]
Fanfic[COMPLETED] [AHRA SIDE [COMPLETED]] "Setidaknya, biarkan aku mempertahankanmu sampai saatnya kita harus berpisah nanti." Cerita tentang dua sejoli yang memaksakan terus bersama, disaat mereka sendiri tahu bahwa takdir sudah tak lagi menginginkan me...