Ahra | Dua

98 14 0
                                    

Ahra Side 0.2




"Kau masih belum memberitahu Paman dan Jungkook?"

Ahra yang sedang sibuk memperhatikan para perawat yang menemani pasiennya pun menoleh, lalu menggelengkan kepalanya dengan senyum yang terukir.

"Tidak, aku tak akan pernah memberitahu mereka berdua." jawabnya dengan yakin, "kau bosan menemaniku, ya, Jim?" 

Jimin menggelengkan kepalanya cepat, "tidak, aku hanya bertanya saja. Siapa tahu kau berubah pikiran untuk memberitahu Paman dan Jungkook." 

"Tidak, aku tak akan berubah pikiran." Ahra menyandarkan kepalanya pada bahu Jimin, pandangannya kembali pada lalu lalang perawat dan pasien. "Cukup Eomma yang hancur saat mengetahui bahwa aku ini sakit, Jim." 

"Akupun hancur." 

Ahra menghembuskan nafasnya, lalu menganggukan kepalanya. "Benar, kau pun sama hancurnya seperti Eomma. Itu kenapa aku tak ingin semakin banyak orang yang hancur karena keadaanku." 

"Tapi aku lebih hancur saat mengetahui bahwa Daya pergi tanpa berpamitan padaku, Ra." lirih Jimin, "aku hancur karena tak dapat melihatnya untuk yang terakhir kali, aku pun hancur karena tak dapat menemaninya di saat saat terakhir." 

Mengetahui bahwa Jimin tengah mengungkapkan sedikit dari isi hatinya, membuat Ahra langsung memeluk pinggang lelaki tersebut dengan erat.

"Itu kenapa aku hanya memberitahumu, Jim. Karena aku tak ingin melihat kau kembali hancur." kali ini Ahra yang mengungkapkan isi hatinya, "aku memberitahumu, sebab, aku tak akan ada di sisimu lagi jika kau kembali hancur. Aku tak akan memelukmu saat kau tengah terpuruk, dan aku tak akan muncul lagi saat kau melempar jendelaku dengan batu di tengah malam saat kau sedang merindukan Daya." 

Berusaha sekuat apapun Ahra menahan agar suaranya tetap tenang, namun semuanya percuma. Sebab kini ia sudah bergetar dengan air mata yang mulai menetes.

Jimin terkekeh, lalu menepuk pipi gadis tersebut. "Aku bisa melewatinya sendiri, Ra. Kau tak usah khawatir." ujarnya dengan percaya diri, walau dalam hati ia sanksi jika ia dapat melakukannya.

Namun, sedikit banyak Jimin merasa bersyukur sebab Ahra memberitahukan hal tersebut padanya enam tahun yang lalu. Hal yang dialami juga oleh gadisnya saat itu, hal yang membuat sang gadis pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan kalimat perpisahan.

Dan kini, Ahra akan kembali membuat Jimin mengulang rasanya sebuah kehilangan. 



 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sudah dua hari Jimin menemani Ahra di rumahnya. Saat si gadis tertidur, Jimin pulang untuk sekedar berganti pakaian dan memberitahu pada keluarganya tentang keadaan Ahra.

Semua ini Jimin lakukan sebab keadaan Ahra yang tidak cukup pulih setiap pasca terapi, maka dari itu Jimin siap siaga untuk menjaganya.



Ahra membuka matanya perlahan, walau tubuhnya terasa lemas ia tetap memaksakan bangkit sebab tenggorokannya terasa kering. Menoleh kesana kemari guna mencari sosok lelaki berpipi tembam, namun nyatanya nihil.

Karena tak mendapati keberadaan Jimin, ahra pun bangkit dari tidurnya, dengan gontai, ia menggerakan tungkainya untuk keluar dari kamar dan menuju dapur. Melewati ruang tv, dan juga kamar Hanna yang pintunya terbuka setengah.

Saat Ahra sudah berhasil sampai dapur, ia berusaha secepat mungkin menarik kursi meja makan lalu duduk di sana. Tubuhnya sangat lemas hanya untuk sekedar menopang tubuhnya sendiri.

Belum tuntas maksud dan tujuan Ahra di dapur, tubuhnya sudah lebih dulu di paksa berdiri oleh seseorang yang kini berdiri cemas di hadapannya.

"Kau tak apapa, Ra? Kau sehat kan, Nak?" tanya Hanna dengan cemas, menatap lekat lekat setiap lekuk tubuh sang anak. "Ahra? Kau baik baik saja kan?" 

Ahra terkekeh melihat ekspresi sang Ibu, "Eomma, ada apa? Aku terkejut saat Eomma membangunkanku dari duduk, aku ingin minum." jawab Ahra, sebelum kembali duduk di atas kursi dengan perasaan lega.

Mendengar jawaban Ahra, Hanna dapat bernafas lega. "Eomma ingat kemarin kau memberitahu bahwa kau sakit, jadi Eomma cemas, Nak." 

Ahra mengangguk, bersamaan dengan lengan yang sedang mengisi gelasnya dengan sisa tenaga yang ia miliki.

"Kau sudah sehat? Hanya sakit biasa kan, Ra?" 

Bukannya menjawab, Ahra lebih dulu meneguk air yang sudah dengan susah payah ia tuang. Setelah habis, Ahra kembali menyimpan gelasnya dan membalas tatapan sang Ibu.

"Aku sehat, aku hanya pusing kemarin. Maaf sudah membuat Eomma cemas." jawabnya dengan lembut.

Dapat Ahra lihat bahwa sang Ibu menghembuskan nafasnya dalam dalam, menandakan bahwa perasaannya lega setelah mendapat jawaban yang memuaskan.

Walau nyatanya jawaban yang ia berikan hanyalah sebuah kalimat penenang. Jawaban pasti yang akan ia berikan setiap kali sang Ibu menanyakan keadaannya.

Meskipun dalam diam ia ingin memberitahukan keadaan yang sebenarnya. Saat Ahra memberitahu bahwa dirinya sakit, itu bukanlah hari kemarin. Melainkan enam tahun yang lalu.

Setiap Hanna bertanya keadaannya, Ahra ingin menjawab bahwa dirinya tidak baik baik saja. Ahra ingin mengeluh pada Hanna bahwa seluruh tubuhnya sakit dan lemas. Dirinya ingin sang Ibu menemaninya saat sakit, dan menenangkannya dengan kalimat kau bisa melewatinya, Nak. Kau anak yang kuat. Eomma akan selalu bersamamu.

Namun semuanya hanyalah khayalan. Nyatanya selama enam tahun ini, ia hanya bisa menyemangati diri sendiri dengan berkata kau harus kuat, Ahra! Jangan membuat mereka bersedih karena keadaanmu. Kau bisa melewatinya sendiri!



Ahra menarik tubuh sang Ibu lalu memeluk pinggangnya, menyandarkan kepalanya yang berat ada perut Hanna. "Aku baik baik saja Eomma.. Aku sehat." ujarnya yang sudah dapat dipastikan sebuah dusta.







" ujarnya yang sudah dapat dipastikan sebuah dusta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A/n : Aku percepat aja upnya wkwk
Niatnya sengaja ditimbun buat stock kalau mentok Tear, Pak Hoseok sama Limerence :)) Tapi nyatanya Ahra lagi lancar, jadi yaudah lah up aja ga usah banyak nimbun :((

OHIYA! aku emang sedikit menyebalkan karena suka ngecut cerita seenaknya, dan bikin kalian bingung.
Tapi tenang aja atuh hyuncc, pasti aku jelasin ko. Kalau Tuhan mengizinkan HEHE

Sekian, dan selamat menikmati karyaku yang masih gini gini aja 💜

2020 - 11 - 11

HOUSE OF CARD [JJK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang