Adakah yang kangen Author????
Rasanya sih kagak ada ya.... HehehehehYaudah kangen El aja ya....
Selamat membaca semua...
🌺🌺🌺
Sudah 10 menit yang lalu Diaz menunggu El di Shara restoran. Tempat dia membuat janji dengan EO yang ditunjuk Sharga, atasan sekaligus sahabatnya itu. Tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan wanita itu.
Kesal, lelah hingga bosan bercampur menjadi satu. Beberapa piring yang sudah kosong memenuhi meja.
"Huft... Benar-benar wanita itu" Diaz bermonolog sendiri.
Seorang pelayan menghampirinya. Mengambil piring-piring bekas yang memenuhi meja tempat Diaz menunggu El.
"Ma'af tuan, saya rapikan mejanya" Kata Pelayan itu.
"Silahkan"
El datang dengan nafas yang tidak beraturan. Tanpa rasa bersalah, El mengambil minuman yang ada diatas meja. Meminumnya hingga habis. Diaz melotot melihat hal itu. Bahkan pelayan yang sedang merapikan meja tadi juga ikut melongo.
"Terima kasih" Ucap El setelah meletakkan kembali gelas yang sudah kosong dimeja.
Pelayan itu hanya mengangguk. Lalu melangkah meninggalkan Diaz dan El. Diaz bersidekap, menatap tajam kearah El. Mendapat tatapan dingin dari pria didepannya ini, tentu saja El takut.
"Hehehehe" El cengengesan salah tingkah.
"Ma'af saya terlambat, tadi ada sedikit masalah dijalan" El memberi alasan kenapa dia sampai terlambat datang.
Namun Diaz sama sekali tidak mengubah mimik wajahnya. Aura dingin dan tidak bersahabat seolah membunuh El.
"Saya tau saya salah, tapi bisakah anda tidak memandang saya seperti itu, anda terlihat menakutkan" Kata El.
"Anda terlambat 10 menit dari waktu yang sudah ditentukan. Anda tau dalam 10 menit saya bisa mengerjakan hal lain yang lebih penting daripada menunggu anda"
"Iya saya mengerti, saya minta ma'af"
El menundukkan kepalanya menyesal. Harusnya dia tidak datang terlambat jika tau akan diceramahi begini. Padahal dia semalam menginap ditempat Fai dan Ahra. Mereka juga yang membangunkannya pagi-pagi buta agar tidak terlambat.
Sialnya, keberuntungan tidak berpihak padanya hari ini. Ban mobil Fai bocor ditengah jalan. Butuh setengah jam ketiganya menunggu montir memperbaikinya. Ahra sudah menyarankan El untuk naik taksi agar tidak terlambat. Tapi dengan bersikeras, El menolak. Memilih untuk menunggu hingga selesai.
Sekarang El menyesali keputusannya itu. Pria didepannya ini terus menatapnya dingin. El seolah membeku mendapat tatapan seperti itu.
"Anda jangan menatap saya begitu, saya sudah meminta ma'af tadi" Kata El mulai kesal.
"Tidak semudah itu"
"Lalu saya harus apa, agar anda mema'afkan saya?"
"Tolong bayarkan makanan yang tadi saya pesan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Eleanor
Fiksi UmumKutulis kisah ini untuk banyak orang. Untuk mereka yang pernah terluka dan ragu untuk kembali membuka hatinya. Tentang rasa yang datang tiba-tiba. Lalu dengan cepat menorehkan luka. Bukan hanya tentang sang wanita, Kutulis pula tentang sang pria. T...