Angin bertiup kencang pagi itu. Matahari tidak menampakkan diri. Langit tampak gelap. Menandakan akan turun hujan. Wanita bernama El itu berdiri ditaman dekat apartement miliknya. Menunggu pria yang sudah 2 bulan menjalin hubungan dengannya.
Ya, ini sudah memasuki bulan yang baru. Tidak pernah disangka bahwa hubungan El dan Billy bisa bertahan sampai selama ini. Padahal El fikir Billy hanya singgah untuk mengisi kekosongan hatinya. Namun nyatanya mereka mampu bertahan hingga 2 bulan lamanya.
El masih menyembunyikan kisah cintanya dari Fai dan Ahra. Sikapnya sudah kembali seperti semula. Walaupun El masih sering menerima panggilan telepon dari Billy dengan diam-diam.
Tapi akhir-akhir ini sikap Billy mulai berubah. Tidak sehangat dulu dan terkesan menghindar. El tau sebagai sepasang kekasih, keduanya tidak seperti pasangan pada umumnya. El dan Billy jarang bertemu dan menghabiskan malam minggu dengan kencan romantis.
Hanya sesekali mereka bertemu dan berkencan dimalam minggu. Alasannya tentu karna pekerjaan dan kedua sahabat El. Hal itulah mungkin yang membuat Billy risih dan merasa tidak dihargai sebagai seorang kekasih.
El memandangi jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Tepat jam 11 siang. Tapi Billy belum juga menampakkan batang hidungnya. Ini salahnya mungkin. Karna selama ini dialah yang selalu terlambat jika membuat janji bertemu dengan pria itu.
"Heh, wanita aneh, sedang apa disini?" Tanya seorang pria yang tiba-tiba muncul disamping El.
El tidak menghiraukan pria itu. El mengalihkan perhatiannya pada jalanan didepannya. El pikir pria itu hanya pria iseng yang hanya basa-basi saja.
"Sepertinya selain aneh, kau juga tuna rungu ya?" Kembali pria itu bicara.
El mengernyit dan mencoba mengingat siapa pemilik suara yang baginya tidak asing itu. El perlahan mendongakkan kepalanya. Menatap kearah pria yang memiliki tinggi kira-kira 180cm itu. Pria itu juga menatap kearah El dengan wajah super dinginnya.
"Apa?!" Pria itu yang ternyata Diaz melotot saat matanya saling beradu dengan mata El.
El mendengus sambil memalingkan wajahnya. Sangat menyesal karna sudah penasaran dengan pria disampingnya ini. Dia tidak salah, pria itu adalah Diaz. Orang kepercayaaan CEO yang berwajah dingin.
"Sedang apa kau disini? Menunggu kekasihmu?" Tanya Diaz sambil memasukkan sebelah tangannya kedalam saku celana kain yang dipakainya.
"Bukan urusan anda" Jawab El sedikit kesal.
"Ya kau benar, ini memang bukan urusanku, baiklah aku pergi, ma'af sudah mengganggu anda, nona El" Diaz akan melangkah pergi saat seorang pria turun dari motor matic.
Diaz tau, pria itulah yang ditunggu El. Diaz tidak tau ada apa dengan dirinya. Seolah ada hal yang membuatnya tertarik dengan hubungan El dan pria yang dia tidak tau siapa namanya itu. Ini pertama kalinya dia tertarik dengan kisah orang lain.
"Ma'af ya El, aku terlambat" Ucap pria yang tidak lain adalah Billy itu sambil menghampiri El.
"Iya, tidak apa-apa, kau pasti sangat sibuk, jadi kau datang terlambat" Kata El sambil tersenyum.
Diaz tersenyum tipis. Tau benar bahwa wanita itu menyembunyikan rasa kesal, sedih dan marahnya.
"Heh, lain kali jangan membuat wanita menunggu, jika kau tidak bisa datang tepat waktu lebih baik batalkan saja, sekali lagi aku melihatnya menunggumu seorang diri, jangan salahkan jika tiba-tiba kau mendengar dia sudah menjadi milikku" Kata Diaz tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Eleanor
General FictionKutulis kisah ini untuk banyak orang. Untuk mereka yang pernah terluka dan ragu untuk kembali membuka hatinya. Tentang rasa yang datang tiba-tiba. Lalu dengan cepat menorehkan luka. Bukan hanya tentang sang wanita, Kutulis pula tentang sang pria. T...