Holla... Dibagian ini mungkin agak panjang ya guys. Mungkin mulai fokus sama El dan Diaz.
Jangan pernah bosan ya sama cerita author ini. Walau kagak jelas dan ngebosenin.
Author tunggu vote dan komentnya ya makasi muaaaacccchh.
🌺🌺🌺
Langit begitu cerah hari ini seolah turut berbahagia atas pernikahan Ahra dan Sharga. Disaksikan para sahabat, keluarga dan orang-orang terdekat yang mengenal keduanya, kedua sejoli itu saling menebar senyum. El yang berdiri tidak jauh dari pasangan itu ikut tersenyum bahagia.
Tugasnya sudah selesai. Ada kebanggaan sendiri saat dia dipercaya mempersiapkan segala hal menyangkut pernikahan salah satu sahabatnya. Melihat kebahagiaan orang-orang disekitarnya saat ini, El diam-diam memanjatkan sebaris do'a. Dia berharap pernikahannya akan sebahagia ini, suatu saat nanti.
"Aku harap aku juga punya pernikahan yang bahagia seperti ini" Gumam seseorang yang entah sejak kapan berdiri disamping El.
El menoleh dan mendapati Aro tersenyum sambil memandangi Ahra dan Sharga yang tengah menyambut para tamu yang hadir.
"Kau pasti akan mendapatkannya" Sahut El seraya menunjukkan senyumnya.
"Terima kasih sudah membantuku menyiapkan pernikahan Ahra" Ucap El setelah beberapa saat terdiam.
"Aku tidak membantu apa-apa" Kata Aro sambil mengusap leher belakangnya salah tingkah.
El memukul pundak Aro pelan. "Kau sudah menjadi penghibur ditengah-tengah pusingnya aku menyiapkan ini semua, itu sudah sangat membantu"
"Ah kufikir kau akan mengatakan bahwa aku banyak sekali membantumu, seperti menyiapkan makanan disini misalnya" Protes Aro dengan wajah kesal.
Fai yang baru bergabung langsung memukul kepala Aro mendengar perkataan patnernya di restoran itu.
"Aaaww... Fai!"
"Apa?! Beraninya menagih pujian, kau tidak ikhlas membantu ya selama ini? Iya?" Tanya Fai sambil melotot kearah Aro.
"Tentu saja aku ikhlas" Aro cemberut. Tangannya masih mengusap kepalanya yang tadi dipukul Fai.
El tersenyum melihat kelakukan Aro dan Fai. El jadi ingat bagaimana dia dan Diaz dulu saat pertama kali bertemu. Sama seperti Fai, Diaz selalu menunjukkan wajah datar dan dinginnya. Bahkan El sampai takut sendiri melihat wajah Diaz yang menurutnya menakutkan. Itu dulu sebelum pria itu berubah dan mengatakan menyukainya.
Bicara soal Diaz, sejak tadi El sama sekali tidak melihat keberadaannya. Hanya tadi pagi saat acara akad saja, Diaz terlihat duduk di samping Sharga sebagai saksi. Setelah itu, pria itu belum menampakkan batang hidungnya.
"Hai semua" Sapa seorang wanita yang tampak begitu anggun.
Aro, Fai dan El memandangi wanita itu takjub. El tidak mungkin salah lihat. Wanita dihadapannya ini adalah wanita yang sama yang Sharga kenalkan sebagai sekretaris pria itu.
Lace dress berwarna dongker mempercantik tubuh wanita yang El ingat bernama Sikha itu. Riasan wajahnya tidak terlalu berlebihan. Sangat cocok dengan wajah mungilnya. Beberapa kali El bertemu dengannya dan tidak pernah sekalipun senyum ramah itu memudar dari wajah Sikha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Eleanor
General FictionKutulis kisah ini untuk banyak orang. Untuk mereka yang pernah terluka dan ragu untuk kembali membuka hatinya. Tentang rasa yang datang tiba-tiba. Lalu dengan cepat menorehkan luka. Bukan hanya tentang sang wanita, Kutulis pula tentang sang pria. T...