Sejak kejadian di restoran Fai itu, El seolah menghindar untuk sekedar bertemu Diaz. El bukan tidak tau jika pria itu mulai menyukainya bahkan mencintainya. El juga perlahan mulai tertarik pada sosok Diaz. Hanya saja lagi-lagi El tidak ingin hatinya kembali terluka.
Luka yang ditorehkan Billy belum sepenuhnya sembuh. Masih butuh waktu untuknya kembali membuka hati. Jika sudah siap, pasti dia kembali menjalin hubungan yang lebih serius.
"Jadi, kau menghindar lagi darinya?" Tanya Ahra yang tiba-tiba berbaring disamping El.
Malam ini El memutuskan menginap ditempat kost Fai dan Ahra. Sebenarnya, Ahra dilarang untuk tinggal di kost lagi oleh tunangannya Sharga. Namun karna status keduanya yang belum resmi sebagai suami istri, jadilah Ahra masih tinggal ditempat yang sama dengan Fai.
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti" El pura-pura tidak mengerti apa yang sedang dipertanyakan Ahra. Padahal dia sangat paham siapa yang dimaksud sahabatnya itu.
"Owh ayolah El, aku tau kau menghindar dari Diaz, benarkan?" Tebak Ahra tepat sasaran.
El tidak menjawab. Dia hanya menghembuskan nafas panjang. Tidak perlu bertanya dua kali, Ahra sudah paham. Ahra memilih untuk tidak lagi banyak bertanya. Wanita itu memilih untuk mengalihkan pembicaraan.
"El, kau tau Sharga membelikan kalung untukku, katanya ini hadiah pertunangan kita"
"Benarkah? Coba lihat" El kembali ceria lalu bersemangat menanggapi cerita Ahra.
Ahra merasa lega karna begitu mudah mengalihkan perhatian El. Setidaknya sahabatnya itu tidak terlalu memikirkan hatinya yang penuh dilema.
"Woaaaaah ini indah sekali, ada inisial nama kalian, Sharga pasti memesannya khusus untukmu, kau sangat beruntung" Seru El setelah melihat kalung yang dipakai Ahra.
"Tidak juga" Kata Ahra terlihat lesu.
"Heh, apa maksudmu?"
"Aku tidak seberuntung itu, buktinya aku kehilangan memori masa kecilku dengannya, padahal aku sangat ingin mengingat bagaimana dulu aku dan dia saling menyukai, dimana letak beruntungnya?"
"Ckckck dasar kau ini, setidaknya Sharga masih menerimamu walau kau tidak mengenalnya lagi, lihat saja bagaimana dia menyiapkan pertunangan kalian dan pernikahan kalian dengan sangat mewah, dia ingin terbaik untukmu, dia sangat mencintaimu"
"Kau benar, dia sangat mencintaiku, lalu bagaimana denganmu?" Terkutuklah mulut Ahra yang lalu lepas kendali. Wanita itu langsung menutup mulutnya. Lalu memukul mulutnya sendiri merasa menyesal sudah menanyakan hal yang sangat dihindari El.
"Ma... Ma'af El, aku tidak bermaksud.."
"Tidak apa-apa, karna sudah terlanjur kau tanyakan jadi akan kujawab" El menghela nafas sebentar.
"Untuk saat ini aku tidak ingin memiliki hubungan dengan siapapun, kau pasti sudah tau alasannya tanpa ku beritahu"
Ahra mengangguk paham dan memilih diam tanpa mengeluarkan suara lagi. Takut salah bicara lagi dan membuat El sedih. Beberapa detik tidak ada yang bicara. El kembali sibuk dengan ponselnya. Sementara Ahra dengan pikirannya yang berkeliling kemana-mana.
"Ceklek" Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Fai yang baru saja pulang dari restoran. Tanpa mengatakan apapun, wanita itu merebahkan tubuhnya dikasur tepat ditengah-tengah Ahra dan El membuat kedua sahabatnya itu memakinya.
"Dasar bau asam, mandi dulu sana" Gerutu Ahra sambil menyingkirkan lengan Fai yang mengenai pahanya.
"Fai jorok" Sahut El disertai tangannya yang menutup hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Eleanor
General FictionKutulis kisah ini untuk banyak orang. Untuk mereka yang pernah terluka dan ragu untuk kembali membuka hatinya. Tentang rasa yang datang tiba-tiba. Lalu dengan cepat menorehkan luka. Bukan hanya tentang sang wanita, Kutulis pula tentang sang pria. T...