BAGIAN 17

22 14 1
                                    

El meletakkan rangkaian bunga di vas bunga yang ada dimeja kerjanya. Tersenyum sekilas sambil mencium aromanya. Bunga itu dikirim Diaz beberapa menit lalu. Entah sejak kapan, dia menerima sosok Diaz. Mungkin bukan menerima dalam arti dia membuka hatinya untuk pria itu.

El hanya menerima Diaz sebagai temannya, tidak lebih. Hanya itu yang saat ini menjadikan Diaz dekat dengannya. Kejadian di Shara restoran itu awal El membiarkan Diaz dekat dengannya. Diaz bisa jadi tameng untuknya agar Billy tidak lagi mengganggunya. Terdengar jahat memang. Tapi El tidak punya pilihan lagi.

Untuk sementara, biar saja begini. Itu lebih baik menurutnya. Sementara disisi lain, Diaz tengah tersenyum bahagia sambil memainkan bulpoin ditangannya. Sudah sekitar setengah jam yang lalu hanya itu yang dilakukannya. Membiarkan tumpukan kertas terbengkalai diatas mejanya.

Hari ini dia mengirimi El bunga. Perlahan, dia akan membuat El menyukainya. Menerimanya menjadi satu-satunya orang yang ada dihati wanita itu. Sekarang menjadi temannya saja sudah membuatnya senang. Diaz yakin bisa membuat El membuka hatinya untuk dimasukinya. Saat itu tiba, dia berjanji tidak akan menyakiti apalagi menggoreskan luka.

"Ssssttt Sikha, sepertinya salah satu bosmu mulai menggila" Kata salah satu karyawan pria yang datang untuk memberikan dokumen pada Sikha. Beberapa kali dia melirik kearah Diaz yang mejanya tepat diseberang meja Sikha.

"Ckck, sudah biarkan saja, akhir-akhir ini memang begitu sikapnya, menambah pekerjaanku saja, aku pusing jadinya" Keluh Sikha sambil memijit keningnya.

"Deritamu dapat partner sepertinya, hihihi" Kata karyawan itu sambil cekikikan tidak jelas.

"Sudah sana kembali ketempatmu, jika dia dengar apa yang kau katakan, bisa mengamuk dia, tau sendiri bagaimana pria itu"

Karyawan itu kembali ketempatnya tanpa mengatakan apa-apa lagi. Sepeninggal karyawan itu, Sikha melanjutkan pekerjaannya. Sesekali melirik kearah Diaz yang masih dengan kegiatannya.

"Huh dasar ABG labil, ternyata cinta bisa membuatnya gila" Gumam Sikha sambil menggelengkan kepalanya. Wanita itupun tidak lagi mempedulikan Diaz. Kembali sibuk dengan pekerjaannya yang dua kali lipat dari seharusnya. Melihat bagaimana Diaz sekarang, tidak bisa diharapkan pekerjaannya cepat selesai. Jadi dengan terpaksa, Sikhalah yang mengambil alih. Benar-benar merepotkan.

🌺🌺🌺

Persiapan untuk pernikahan Ahra dan Sharga berjalan lancar. Tinggal sebulan lagi sahabat El itu akan melangsungkan pernikahan. El tersenyum puas saat menerima laporan mengenai semua hal menyangkut pernikahan itu. Disandarkan punggungnya pada kursi kebesaran miliknya. Sejenak El memejamkan matanya. Mengistirahatkan badannya yang beberapa hari ini dipaksa bekerja keras.

Baru beberapa menit, ponselnya berbunyi. El terlalu malas untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan. Nanti akan dia lihat pikirnya. Sekarang badannya perlu istirahat sebentar.

Dibagian tempat yang berbeda, Billy uring-uringan menunggu balasan dari pesan yang dikirimkannya pada El. Konsentrasinya terpecah dan tidak fokus dengan pekerjaannya. Awalnya Billy ingin menelepon wanita itu. Tapi dia takut El menolak dan malah memperburuk hubungannya dengan wanita itu. Jadi cukup mengiriminya pesan saja. Dia harap mendapat respon yang baik.

Namun sudah hampir setengah jam berlalu, tidak ada balasan dari El. Bahkan El terlihat belum membuka pesan yang dia kirimkan. Billy menghembuskan nafas pasrah. Mungkin El terlalu sibuk hingga tidak sempat membaca pesannya. Itulah yang terus diyakini olehnya.

🌺🌺🌺

Lagu perfect milik ed sheeran terdengar mengalun disalah satu ruangan di rumah milik Sharga. Diruangan itu, ada Ahra, Fai dan El. Ketiga wanita itu kini sibuk menilai satu dengan yang lain gaun untuk pesta pernikahan Ahra.

Love For EleanorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang