Diaz menarik nafas dalam-dalam demi mengontrol emosinya yang mulai terpancing. Didepannya berdiri sekretaris kepercayaan Sharga yang cengengesan dan wajah tanpa dosanya. Bukan tanpa alasan emosi Diaz memuncak.
Pagi tadi pria itu dikejutkan dengan berita yang menyatakan bahwa dirinya sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita. Tentu saja itu membuatnya kelimpungan. Penyebabnya tentu saja sekretaris Sharga itu yang memberi keterangan palsu demi menghentikan berita tentang bos dan tunangannya.
"Sekarang apa yang harus kukatakan pada pihak majalah itu? Kenapa kau seenaknya mengambil keputusan tanpa meminta ijinku?" Diaz mengacak rambutnya frustasi.
"Ya ma'af pak, saya memang bersalah" Kata Sikha menundukkan kepalanya.
"Sekarang baru menyesal, tidak ada gunanya"
Akhirnya Sikha menganggat kepalanya memandang kearah Diaz yang masih menatapnya tajam.
"Kenapa menatapku begitu?"
"Ah... Tadi pak Diaz marah saat saya menundukkan kepala, saya menatap pak Diaz juga salah, lalu saya harus apa? Padahal niat saya baik, pak"
"Apa yang baik? Yang ada aku dirugikan disini"
"Pak Diaz ini bagaimana? Coba difikir lagi, kalau berita pak Diaz lebih terkenal dibanding berita pak Sharga kemarin, otomatis nona El juga ikut penasaran, dia pasti akan mendekati pak Diaz, mencari tau siapa wanita yang dimaksud majalah tersebut. Nah, saat itulah pak Diaz memanfaatkan keadaan menyatakan perasaan pak Diaz pada nona El, bagaimana? Ide yang bagus, bukan?"
Sikha begitu bersemangat mengungkapkan idenya. Sementara Diaz hanya terdiam. Sikha fikir, Diaz akan menyetujui idenya dan berhenti marah padanya. Tapi nyatanya wanita itu salah. Bukannya senang, Diaz malah menyentil dahi Sikha.
"Awww..." Sikha mengadu kesakitan sambil memegangi dahinya yang tampak memerah.
"Itu tidak ada dalam kamusku. Lagipula untuk apa kau repot-repot memikirkan urusan percintaanku, bukankah kau sendiri belum memiliki pasangan, kau tidak ada bedanya denganku"
Sikha cemberut. Apa yang dikatakan Diaz benar. Dia tidak ada bedanya dengan bos sekaligus partner kerjanya itu. Namun Sikha saat ini sama sekali belum terpikir untuk memiliki seorang kekasih. Dia lebih suka sendiri. Itu menyenangkan.
Sikha masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara Diaz sudah melangkah pergi.
🌺🌺🌺
El tersenyum, membaca salah satu artikel disitus internet tentang arti dari bunga dandelion. Dia jadi teringat, bagaimana Sharga bersikeras meminta dekorasi saat pertungannya dengan Ahra harus ada bunga dandelion.Sempat tidak setuju, El sampai mengancam tidak akan membantu Sharga. Namun pada akhirnya pria itu sendiri yang dengan suka rela mencari keberadaan bunga itu.
Sungguh cinta Sharga begitu besar untuk Ahra. El sedikit iri. Terlebih setelah hubungannya dengan Billy tidak berjalan seperti yang diharapkan.
"Sekarang apa lagi yang ada diotakmu?" Suara itu, El tau pemiliknya.
Seperti biasa, dia muncul saat hatinya sedang gundah gulana. Pria yang mungkin sekarang tidak lagi tampak menyebalkan seperti saat pertama mereka berjumpa. Pria yang sedikit banyak memberi pengaruh besar dalam hidupnya.
"Tidak ada, aku hanya membaca artikel diinternet" Jawab El sambil meletakkan ponselnya di atas meja.
"Owh... Jadi kebiasaanmu sudah berubah? Dari wanita patah hati jadi wanita penggila internet, tidak buruk"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Eleanor
General FictionKutulis kisah ini untuk banyak orang. Untuk mereka yang pernah terluka dan ragu untuk kembali membuka hatinya. Tentang rasa yang datang tiba-tiba. Lalu dengan cepat menorehkan luka. Bukan hanya tentang sang wanita, Kutulis pula tentang sang pria. T...