Brak!
"Gara-gara lo, seragam gue jadi kotor!"
Bentakan senior perempuan itu berdengung dalam kelas sepuluh ips dua, sembari menggebrak meja dengan kencang. Ini adalah hari keenam setelah MPLS selesai, murid di dalam kelas sudah membagi tugas sesuai dipilih oleh wali kelas.
Tubuh siswi yang berhadapan dengan senior berseragam putih-abu, membentur dinding pojok kelas, ia menunduk ketakutan. Tak tau harus berkata apalagi, selain kata maaf.
"Bersihin, dong! Tanggung jawab!"
"Lo tuli apa gimana, sih?! Baru enam hari masuk sekolah setelah MPLS, lo jadi melawan gini? Berani lo sama gue?!"
Senior bernama Siska Aletta itu menggeram marah, gadis di hadapannya ini tidak bergerak untuk membersihkan seragam yang ia kenakan. Kotor akibat jus mangga yang menabrak tubuhnya, terjadi karena ulah adik kelasnya.
Siska mendorong pundak kanan wanita itu. "Woi! Lo denger nggak apa yang gue bilang?!" sentaknya lagi.
"Lo nggak bisa dengar apa nggak bisa ngomong?!" hardik Siska.
Lawan bicara Siska tampak diam, pundaknya bergetar, menunjukkan sekali bahwa gadis itu menangis. Siska berdecih, penampilan sosok senior berambut gelombang bawah itu tampak keren. Mempunyai tahi lalat di dagu, tubuh tinggi, bibir pink dan berwajah cantik, itulah Siska Aletta.
"Sini tangan lo! Buruan bersihin seragam gue," ujar Siska meraih tangan gadis cupu yang terus menunduk ketakutan.
"Nih, pake tissu," sambung Siska meletakkan tissue di atas telapak tangan kanan gadis itu.
Sebenarnya Siska adalah tipikal cewek yang tidak menyukai perbuatan menjadikan seseorang babu untuknya. Membersihkan seragam karena ulah gadis ini, Siska bersikap tegas. Siska cewek agresif, sabar hanya datang sesekali kepadanya.
Melabrak adik kelas juga Siska sendirian. Tanpa bantuan antek-anteknya, sikap Siska membuat semua orang malas berteman dengannya. Siska tak peduli teman, selalu mengabaikan orang-orang sekitar, dan hanya ingin hidup sendirian tanpa gangguan.
"Apa lo semua liatin gue? Nggak suka? Sini debat fisik sama gue, gak usah bisik-bisik kayak gitu! Cupu lo semua!" ketus Siska.
Gadis yang tingginya hanya sebahu Siska tersentak kaget, Siska menatap seluruh orang yang ada di kelas ini. Urat leher Siska terlihat, senior cantik sedang marah. Dan gadis cupu menurut Siska, langsung melanjutkan pekerjaannya. Yaitu, membersihkan seragam Siska menggunakan tissu dan air minum.
"Kak, tissunya habis," adu gadis cupu tersebut. Masih menundukkan kepala, tak berani menatap mata Siska.
"Beli, dong! Sialan banget sih lo! Hari ini tuh, ya, gue sial ketemu sama lo! Di kantin lo ambil antrian gue! Pas di koridor kelas, lo tabrak gue, tumpahin jus mangga lo itu ke seragam gue! Sekarang tissu habis lo ngadu ke gue, mau lo tuh apa sih?!" geram Siska.
"Maaf, Kak."
Siska berdecak, "Maaf troos! Bosen telinga gue dengernya!"
"Gue juga bosen nonton drama basi kayak lo, dan ... lo," sahut perempuan yang diduga adalah anak kelas sini, kelas sepuluh ips dua. Dia melirik Siska, seniornya. Dan melirik gadis cupu secara sinis.
Siska menoleh tajam, ia menyuruh si cupu menjauh. Dan membalas tatapan sengit milik gadis yang sedari tadi diam di sudut kelas sambil membaca buku, sekarang gadis itu sudah ada di depan Siska.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Arrogant
Random(Belum selesai) Stella Edison, wajah jutek bersikap angkuh. Dia tidak memandang lawan bicara yang menurutnya tidak penting, tak memandang lokasi untuk berdebat. Dan dia adalah gadis milyaran misteri, susah ditebak, baik pikiran maupun tindakan. Dan...