20. Ignorance

62 8 0
                                    

Sampai di kelas yang sudah ramai akan siswa-siswi, Stella menepis kasar tangan Arsalan yang sedari tadi memegang pergelangan tangannya. Dia mengangkat wajah menatap Arsalan, kedua tangan berada di sisi tubuh, dan Stella menyentil kening cowok di hadapannya dengan mudah sedikit berjinjit.

Arsalan sama sekali tidak berekspresi apapun, dia membenarkan sejenak tas sekolahnya yang berada di bahu kanan. Sedikit menundukkan kepala, membalas datar raut wajah Stella.

"Kenapa lo narik-narik gue? Asalkan lo tau, ya. Gue belum puas ngejambak rambut Pia, mentang-mentang temenan sama Siska, jadi sok nantangin gue," omel Stella.

Cowok di hadapannya ini menghembuskan napas, Arsalan berjalan melewati dan mengacuhkan suara-suara Stella. Cowok itu duduk di kursinya, menatap Stella yang masih berdiri di dekat pintu kelas.

"Oi, piket!" seru Stella, dia melempar tas sekolahnya ke arah Arsalan. Sigap cowok itu menangkap dan meletakkannya di kursi Stella.

"Mana nih, yang piket? Bendahara kelas, jangan lupa tagih uang kas," ucap Stella cukup kencang.

Leo, si bendahara kelas langsung mengangguk dari tempat duduknya di belakang Arsalan. Cowok itu bergerak mengambil buku khusus pemasukan dan pengeluaran uang kas di kelas.

Stella melanjutkan tugasnya sebagai ketua kelas, dia mendekati dinding yang tertempel jadwal piket kelas. Senang hatinya ketika membaca deretan nama yang piket hari ini. Salah satunya adalah Pia.

Dia mengambil sapu yang terletak di pojok, lalu duduk di kursi guru menunggu kedatangan Pia dan teman-temannya.

"Hm," deham Leo dengan tangan menada di depan Stella.

"Apa?" tanya Stella jutek membuat Leo mendengus sebal.

"Uang kas," jawab Leo.

Stella berdiri dari duduknya, menyenderkan sapu itu di papan tulis. Lalu kedua tangannya berada di atas meja, dia menatap Leo penuh keselidikan.

"Gue udah bayar sampe tiga bulan kedepan," papar Stella.

Leo yang berdiri di depan Stella terhalang meja, cowok itu kembali mengecek buku yang ia pegang. Menggaruk tengkuk lehernya, Leo menyengir lebar kepada Stella.

"Yaelah, bayarin gue napa," ujar cowok itu.

Memutar bola mata, malas menghadapi sikap Leo seperti ini. "Orangtua lo enggak kasih duit?" tanya Stella blak-blakan.

Tahu benar perilaku sosok Stella ketika berada di kelas, Leo membalas dengan senyumannya. Dia pergi dari hadapan Stella dan bersiap menagih kepada murid yang lain.

Suara khas yang familiar di telinga Stella membuat gadis itu mengambil kembali sapu kelas, dia berjalan menuju pintu dan melemparkan sapu tersebut tepat ke dada Pia.

Korban tampak kaget, Pia melototkan matanya menatap Stella penuh rasa kesal. Sedangkan teman yang berada di sisinya hanya diam, memperhatikan Stella. Pia menyenderkan sapu ke dinding kelas, dia juga ikut serta memperhatikan lawan di depannya.

"Piket," ucap penuh tekanan dan raut wajah sangar terlihat dari Stella.

Pia menantang, cewek itu melipat kedua lengan depan dada dan dagu sedikit mendongak. "Gue enggak mau, gimana?"

Gertakan gigi Stella membuat rahang cewek itu bergerak, Stella mengambil sapu itu lagi dan memberikannya kepada Pia. Stella berkata, "Serius enggak mau piket?" seketika Pia mengangguk penuh keyakinan.

"Oke," putus Stella. Dia berbalik badan dan meninggalkan mereka semua di depan pintu, Stella mengambil alat pel dan juga embernya. Memberikan alat tersebut kepada Pia.

He's ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang