Sejak pelajaran dimulai, tidak seperti biasanya tiga sumber gosipan kelas sama sekali mengacuhkan Stella. Bunga, Jeje dan Pia masih kesal dengan Stella. Ketua kelas mereka ini menjadikan Rere mainannya, Bunga tidak menyukai sikap Stella yang terlalu berlebihan. Jika dibandingkan Stella dan Siska, menurut Bunga adalah Stella yang tidak memiliki sikap simpati sesama teman.
Walaupun tiga biduan kelas mengacuhkan Stella, mereka masih menuruti tata tertib kelas. Dan Stella tidak akan menegur mereka begitu saja, murid kelas juga patuh akan perintah yang benar dari ketua kelas. Dari tadi Stella hanya diam, dia tenggelam dalam pikirannya sendiri. Rere yang duduk di pojok seberangan dengan pojok Stella, dia melirik cewek angkuh itu sesekali.
"Pinjam penghapus," kata Arsalan. Cowok itu sibuk menggambar wajah seseorang di buku tulis bagian belakangnya.
Tidak mendapatkan balasan dari Stella, Arsalan berdecak kesal sembari mengambil penghapus punya teman semejanya di dekat buku cetak Stella. Akan tetapi, gadis itu langsung merampasnya begitu saja. Arsalan melongo, mengerjapkan mata menatap Stella.
"Kalo lo mau, harus beli, gue enggak suka minjemin," desak Stella memasukkan penghapus itu ke dalam kotak pensilnya.
"Lo... sialan," umpat Arsalan.
Cewek itu mendengar, dia tetap diam sembari melirik gambaran Arsalan. Ketika Arsalan menoleh padanya, Stella memalingkan wajah seakan tidak melihat gambaran itu. Karena kesal, Arsalan menaruh buku tulis lainnya di tengah agar Stella tidak dapat melihat apa yang sedang dia gambar.
"Kalau kalian sudah selesai mencatat, baca baik-baik apa yang sudah tercatat di buku catatan ips hari ini. Waktunya empat menit, setelah itu saya beri kuis pertanyaan. Yang bisa menjawab kuis saya, diperbolehkan istirahat duluan," kata Bu Romlah—guru ips kelas sepuluh. Sekaligus wali kelas sepuluh ips dua.
Semua murid kelas ini mendongakkan kepala menatap guru bersanggul itu, Stella menghela napas. Kelas menjadi berisik karena malas, walaupun seperti ini, sebagian tidak akan menjawab kuis. Karena, mereka istirahat sesuai bel berbunyi nanti. Berbeda dengan anak yang pintar dan rajin, pastinya menjawab kuis pertanyaan agar bisa menambah nilai.
Stella mengangkat tangan kanan ke atas membuat Bu Romlah menoleh padanya. "Bu, saya izin ke toilet," ucap Stella dibalas anggukan saja.
"Geser, gue mau lewat," kata Stella ke Arsalan. Bagaimanapun juga, Arsalan duduk di kursi yang menghalangi jalannya. Karena Stella duduk di pojok, dekat dinding.
"Pinjam penghapus," ucap Arsalan.
Stella menghembuskan napas kasar, "Ambil di kotak pensil."
Gadis itu keluar kelas, berjalan malas di lorong sekolah. Dia berniat ke perpustakaan saja, tidak jadi ke toilet karena memang tak mau ke sana. Hanya basa-basi menunggu bel istirahat berbunyi.
Membuka pintu perpustakaan, Stella melihat ketua osis yang akhir-akhir ini sering menghubunginya. Dia berjalan mendekati Erik, menepuk bahu Erik. Cowok itu sedang menyusun buku-buku baru ke rak dengan benar.
"Ngapain lo di sini? 'Kan masih jam pelajaran," protes Erik.
"Lo sendiri ngapain?" tanya Stella.
"Gue disuruh susun nih buku baru," jawab Erik. Dia berdiri menghadap Stella, adik kelasnya yang sangat berbeda dari cewek Barkatama lainnya.
"Oh, kalo gitu, gue ke sini mau bantuin lo."
"Balik ke kelas," titah Erik.
Stella memasang wajah datar, menyenderkan tubuh pada rak tinggi itu. "Gue ke sini mau bantuin lo, udah deh, enggak usah nolak. Bentar lagi juga bel bakal bunyi," cela Stella.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Arrogant
Random(Belum selesai) Stella Edison, wajah jutek bersikap angkuh. Dia tidak memandang lawan bicara yang menurutnya tidak penting, tak memandang lokasi untuk berdebat. Dan dia adalah gadis milyaran misteri, susah ditebak, baik pikiran maupun tindakan. Dan...