17. Bersama Edgar

56 8 0
                                    

Ketika sudah sampai depan pagar rumahnya, Stella turun dari motor Edgar. Merasa punggung belakang cewek itu enteng, dia meraba, sadar kalau tidak ada tas sekolahnya. Edgar melepaskan helm, menatap bingung Stella yang berdiri di sampingnya. Akan tetapi, Stella menepuk keningnya sendiri. Teringat kalau tasnya tertinggal dalam mobil.

"Sinting lo? Ngelamun mulu," kata Edgar.

"Enak aja lo ngomong, gue lupa kalo tas gue ketinggalan di mobil," jawab Stella ketus.

"Udah pikun aja lo, mana masih muda," cibirnya membuat Stella berdecak.

Edgar menggelengkan kepala sembari decakan terlontar dari mulutnya. Cowok itu memandangi Stella, menatap iba sosok tetangganya yang habis dijahili oleh lima macan tutul. Stella memasang wajah datar, dia berbalik badan berusaha meninggalkan Edgar.

"Enggak baik ninggalin orang yang lebih tua sendirian, mana enggak pamit. Ntar dimuka lo tumbuh bisul, bersikap sopanlah wahai anak muda," celetuk Edgar. Dia masih duduk di motornya, kedua tangannya bertumpu pada helm yang ia letakkan di depan.

Stella memutar balikkan tubuhnya, kembali menatap Edgar. "Gue masuk dulu, ya, Kak. Makasih atas tumpangannya," ujar Stella.

Edgar turun dari motor, dia berjalan mendekati Stella dan tangan kanannya menadah, menunjukkan telapak tangan putih di depan wajah Stella.

"Balikin jaket gue," ucap cowok itu.

Dilepaskannya jaket milik Edgar, lalu memberikannya kepada yang punya. Stella menatap Edgar dingin. Sudah menerima jaketnya kembali, Edgar menciumi bau jaketnya yang sudah tak wangi karena parfum mahal punyanya.

Dia menoleh ke arah Stella, "Bau banget, lo cuciin nih, jaket gue sampe bersih. Gue enggak mau ada bau-bau busuk." Edgar menyodorkan jaket itu kepada Stella, tapi Stella tak kunjung mengambilnya.

"Kenapa harus gue yang bersihin? Bukannya lo sendiri yang minjemin ke gue? Kalo lo enggak mau jaket lo bau, mending enggak usah sok baik pake minjemin ke gue," ketus Stella berbalik badan dan pergi meninggalkan Edgar.

"Udah untung gue kasih pinjem biar enggak malu di jalan, eh... balesannya malah kayak gini. Bener-bener cewek enggak tau malu lo," sungut Edgar emosi.

Mendengar itu, Stella menoleh ke belakang melirik Edgar. "Bawel lo," balas cewek itu melanjutkan langkahnya.

Cowok itu terdiam di tempatnya, dia menatap miris jaket yang lengket ada noda telurnya. Namun, tidak apalah. Dia akan mengadu kepada Bundanya dan menjelaskan kenapa bisa jaketnya seperti ini, toh, sang Bunda tak akan marah jika menyangkut tentang tetangganya, Stella.

Stella melihat Edgar dari jendela rumah, cowok itu sudah bersiap meninggalkan rumah Stella. Tak ada Edgar lagi, Stella menghela napas lega. Dia berjalan menuju kamar mandi, membersihkan diri dan memakai pakaian biasa, celana pendek dan kaos polos bewarna kuning.

Cewek itu melihat-lihat pantulan dirinya di cermin, sambil menunggu rambutnya kering dan setelah itu ia cepol asal. Teringat wajah Edgar membuat suasana hatinya memburuk, bayangan ketika Edgar selalu meledekinya, Stella menggelengkan kepala.

"Kuning, ntar kalo dia liat, pasti dibilang tai ngambang," gumam Stella mengingat Edgar.

"Hitam aja kali, ya?"

Sekarang, cewek itu berdiri di depan lemari pakaiannya. Memilih kaos yang nyaman digunakan. Lagi-lagi, dia menggelengkan kepala. Edgar, anak tetangganya itu selalu menjadi beban pikiran. Stella tidak akan tenang kalau ada Edgar di rumah Bunda Yani, tengah malam cowok itu pasti berisik di balkon kamarnya sendiri.

Edgar juga suka mengomentari banyak hal, pakaian contohnya. "Tapi, gelap. Ntar nyamuk pada ngedekatin gue, jadi dark lord," sambung gadis itu.

"Bi Ina?" panggil Stella sedikit kencang, tak lama pembantu di rumahnya ini datang mendekati Stella.

He's ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang