"Duduk sini," perintah Stella.
Rere menurut, dia duduk di kursi menghadap meja rias yang penuh barang-barang perawatan kulit punya Stella. Hari ini Rere menyadari bahwa Stella yang angkuh dan sombong, adalah cewek baik walaupun ya ... sangat ketus.
Belanjaan yang mereka beli diletakkan di atas kasur, Stella mengeluarkan beberapa baju kaos pilihan Rere sendiri. Ada berbagai macam pakaian, warna kacamata untuk Rere yang minus, sepatu, sandal, dan peralatan wanita yang lainnya.
"Polos banget muka lo," celetuk Stella.
Rere tak menjawab.
"Pake kaos ini, sama celana yang ini," kata Stella.
Tangan kanan Stella memegang kaos bewarna pink polos, sedangkan tangan kirinya memegang celana pendek bewarna putih. Rere mengambilnya dengan pelan, Stella berdecak geram, dilemparkannya kedua pakaian tersebut ke wajah Rere.
"Lama banget lo, buruan pake!" sentak Stella. Selain baik, Stella juga tidak sabar.
Rere menarik napas panjang, dirinya ini hanyalah bunga layu yang membutuhkan perawatan baik dari seseorang. Dan orang itu ialah Stella. Rere akan mekar karena Stella. Rere akan disukai dan dikagumi karena Stella.
Sambil menunggu Rere berganti pakaian, Stella membereskan barang-barangnya. Melepaskan seragam sekolah, dan hanya menggunakan tanktop bewarna hitam. Celana berbahan dasar sepaha, dan mencepol asal rambutnya.
"Lama banget lo, Re! Ngapain aja lo di kamar mandi? Lagi ngaca kalo lo jelek?!" tebak Stella menjerit, heran kenapa Rere lama sekali keluar dari kamar mandi. Padahal hanya mengganti pakaian saja.
Kamar Stella terbilang luas, dinding bewarna putih, ada meja belajar, meja rias, ada AC, lemari pakaian, dan meja khusus komputer-komputer miliknya. Kasur lebar miliknya, TV, sofa panjang, dan barang yang lainnya.
Kamar biasa, tidak seperti kamar perempuan pada umumnya yang menempel banyak foto. Dinding kamar Stella polos, tak ada foto, melainkan paku untuk menggantung pakaian sehari-hari, menggantung kalung yang sering dipakai.
Tubuh Stella terkurap di atas kasur, bagian dada menindih bantal dan menatap layar laptop miliknya. Ia membuka sosial media, membaca pesan-pesan dari orang yang tidak dikenalnya.
"Woi, astaga lo berak apa gimana?! Lama bener!" kesal Stella menatap pintu kamar mandi yang masih tertutup.
"Maaf," kata Rere keluar dari kamar mandi dengan kepala menunduk.
"Iyeee. Tenang aja kali, gue Stella selalu ada untuk lo, Rere," sahut Stella.
"Makasih."
Stella menatap Rere datar, ia bangkit dan berdiri di depan Rere. Melihat penampilan Rere, yang lumayan bagus dari penampilan seperti biasanya. Stella juga menyuruh Rere kembali duduk di depan meja rias, menyuruh Rere menatap pantulan wajah mereka yang ada di cermin.
"Before," monolog Stella terdengar di telinga Rere.
"Stella," panggil Rere masih menatap pantulan dirinya dan Stella di cermin.
Stella menatap lurus, ke arah cermin. "Apa?" tanya Stella.
"Makasih."
Stella manggut-manggut, bersenandung cepat seraya membalas perkataan Rere. "Ya ya ya ya ya ...."
"Makasih untuk semuanya, makasih banyak," sambung Rere.
Pikir Stella, gadis cupu ini pasti terharu.
"Lepas kacamata lo," perintah Stella. Rere melepasnya, dan meletakkan kacamata di atas meja rias. "Lepas kuncir lo, terus keramas rambut lo," lanjut Stella.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Arrogant
Random(Belum selesai) Stella Edison, wajah jutek bersikap angkuh. Dia tidak memandang lawan bicara yang menurutnya tidak penting, tak memandang lokasi untuk berdebat. Dan dia adalah gadis milyaran misteri, susah ditebak, baik pikiran maupun tindakan. Dan...