Erik berjalan melewati kumpulan teman-temannya di tongkrongan sekolah, ia mendekati Stella yang masih duduk anteng mengalihkan tatapan dari Erik. Padahal, sudah jelas kepergok bahwa Stella menatap Erik. Keadaan kantin seperti semula, perhatian semua orang kini teralih pada Stella.
Ketua osis itu duduk di depan Stella, lalu menyuruh Rere duduk di samping gadis di hadapannya, Stella. Rere patuh, tak mau menolak karena sudah banyak yang melihat interaksi mereka. Dan Stella, gadis itu meminum jus mangga dengan santai. Menatap Erik datar, bibirnya bungkam untuk berkata.
Erik tersenyum manis, membuat candu yang begitu menusuk hati Stella. Berdamage. Cowok itu mengulurkan tangan kanan untuk saling berkenalan, tetapi Stella jual mahal. Ia tak membalas uluran tangan tersebut, melainkan menatap wajah tampan Erik.
"Stella Edison," lontar Stella seraya memakan pisang goreng miliknya.
"Oh," balas Erik tersenyum kikuk. Ia menarik tangannya kembali, melupakan hal yang biasanya ia lakukan untuk berkenalan dengan seseorang.
Apa ada yang mau berkenalan dengan Erik?
"Gue Erik Sanjaya," imbuh Erik.
"Gue tau, lo ketua osis, anggota futsal senior SMA Barkatama. Lo juga siswa berprestasi yang selalu jadi bahan perbincangan guru. Asalkan lo tau, gue muak denger nama lo. Bosen karena setiap hari dengar dari guru, murid yang kagum sama lo, bahkan orang yang nggak suka karena adanya lo di sini," terang Stella sekilas membalas tatapan Erik.
Erik tertawa renyah, membuat Stella mengangkat sebelah alisnya. Cowok ini sok akrab, Stella tak suka. Tawaannya terdengar indah, senyum manis menambah ketampanan. Stella menggelengkan kepala, ia tak suka cowok seperti Erik.
"Dimana letak kelucuannya?" tanya Stella.
Perasaan Rere menjadi tak enak, ia pamit kepada Stella untuk ke perpustakaan, dan Stella mengizinkan. Di sini, Erik bersama dirinya. Duduk berhadapan berdua, menjadi pusat perhatian dan bacotan negatif ketololan anak gosip SMA Barkatama.
"Nggak ada, btw lo ketua kelas, ya?" tanya Erik berbasa-basi ketika tawanya mereda.
Stella mengangguk.
"Lo alumni SMP mana?" tanya Erik, ingin berkenalan lebih jauh dengan Stella.
"Harus banget lo tau asal-usul gue? Penting buat lo?" papar Stella.
"Kalo lo nggak mau jawab, ya nggak papa, sih."
Erik membalas pelan, cowok itu mengetukkan jari-jari tangan ke atas meja. Stella hanya melihat dan mendengar, keheningan di antara mereka terjadi. Demi apapun, Stella risih dengan kehadiran Erik di hadapannya. Pikirnya, Erik adalah cowok bodoamat sama cewek-cewek yang memandangi dirinya.
Stella pikir Erik cowok cuek seperti cerita pendek, dimana sang lelaki selalu nyaris sempurna. Nyatanya, ketua osis di Barkatama tidak seperti itu. Kehidupan nyata lebih mengejutkan, tingkah Erik sok akrab membuat semua orang nyaman berteman dengannya. Namun, berbeda dengan Stella.
Bukan nyaman, melainkan risih. Stella ingin dekat dengan seseorang, bukan langsung mempertanyakan ini-itu tentang dirinya. Melewati banyak hal, menceritakan sesuatu yang menarik secara bersama, belajar dan bermain, Stella ingin seperti itu. Tak langsung kenal, karena penasaran.
"Hem," deham Erik.
"Lo bisa pergi dari hadapan gue nggak, Kak?" Stella berusaha sesopan mungkin, memanggil Erik dengan embel-embel Kak atau Kakak.
Awalnya Erik terkejut dengan penuturan Stella, akan tetapi dia tau bagaimana sifat Stella yang angkuh melebihi Siska. Erik memaklumi, anak seumuran Stella yang masih labil.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Arrogant
Random(Belum selesai) Stella Edison, wajah jutek bersikap angkuh. Dia tidak memandang lawan bicara yang menurutnya tidak penting, tak memandang lokasi untuk berdebat. Dan dia adalah gadis milyaran misteri, susah ditebak, baik pikiran maupun tindakan. Dan...