11. Bertemu

69 8 0
                                    

Pagi ini suasana hati Stella memburuk, dia mengunyah sarapan sembari berceletoh tak jelas. Sendok dan garpu yang ada di tangan Stella menjadi bahan tambahan berisiknya ruang makan ini. Yuda sesekali menoleh ke arah putrinya, sedangkan Bi Ina sibuk membersihkan halaman depan. Yuda meneguk air minumnya, ia menatap Stella yang bertingkah layaknya perempuan tidak jadi dilamar lelaki.

"Kenapa sih, Papa enggak nikah lagi aja?" tanya Stella sembari menatap horor sarapannya.

"Enggak semua orang bisa langsung bener-bener lepas dari mantan istrinya," balas Yuda menghela napas.

"Trus kenapa Bi Ina harus tua? Kenapa enggak jadi janda? Kalo janda trus muda, baik, ramah, pasti Stella comblangin Papa sama Bi Ina," gerutu Stella. Yuda diam, tak ada kata-kata lagi untuk membalas perkataan Stella.

Merasa diperhatikan, Stella pun membalas tatapan Papa-nya. Gadis angkuh ini mengangkat sebelah alis, berhenti makan dan berhenti menggerakkan sendok-garpu. Dia meminum susu cokelat buatan Bi Ina, lalu kembali menatap Yuda.

"Kenapa liatin Stella gitu banget? Kaget sama penampilan anak sendiri yang lebih cantik dari mantan istri?" celetuk Stella, Yuda mengangguk malas meladeninya.

"Udah sarapannya? Siapin barang yang mau kamu bawa, Papa tunggu di mobil," ujar Yuda.

Lelaki itu berdiri meninggalkan Stella sendiri, dan gadis ini masih diam. Mulutnya berkomat-kamit mencibir Yuda, seorang duda tampan yang sukses, masih terlihat muda. Tapi sayangnya, Stella tidak suka memamerkan sang Ayah keseluruh orang. Takut benar kalau ada janda gila yang berbuat baik padanya hanya demi mendapatkan hati Yuda.

"Cih! Bokap gue sok cakep banget, muka pas-passan juga," omel Stella beranjak menuju kamar mengambil ponsel miliknya.

Bergerak kesana-sini, Stella memilih sepatu heels yang mau dikenakannya. Gadis ini menggunakan gaun selutut bewarna merah, rambutnya disanggul lalu dipakaikan pita. Menggunakan kalung pemberian Yuda, Stella tidak menyukai hal yang berlebihan. Cukup seperti ini saja, simple tapi terlihat mewah dan anggun.

Tas? Tidak, percuma jika Stella membawa tas. Ponsel yang hanya dibawa, itupun nantinya nitip kepada Yuda. Uang? Tidak juga, karena Stella sudah mempunyai ATM yang sedang bersamanya, yaitu Yuda.

"Kenapa rambutnya disanggul gitu? Kenapa enggak pake anting? Itu bibir enggak pake lipstik, ya? Muka kamu pake bedak enggak sih?"

Baru saja Stella sampai di hadapan Papa-nya, sebuah pertanyaan langsung terlontar begitu saja. Stella menghela napas kasar, menatap Yuda sinis.

"Stella ini masih dibawah tujuh belas tahun, Pa. Yakali dandanan kayak tante-tante, gini aja udah pas kayak anak pada umumnya. Enggak heboh kayak biduan. Rambut udah bagus diginiin, bibir Stella ini udah mantap, Pa. Pake lipbalm, dan muka juga udah cakep. Cuma dibedakin dikit pake bedak My Baby," jawab Stella.

"Maksud Papa, penampilan kamu tuh yang mewah dikitlah, kalo kamu gini kayak Papa enggak kasih duit untuk perawatan kamu. Padahal sering Papa kasih," imbuh Yuda memasang wajah pasrah untuk Stella.

"Ini udah mewah, astaga, Pa. Kalo mewah banget, Papa mau anak satu-satunya jadi rebutan duda diluar sana? Mau enggak? Ya udah sih, ini udah bener. Papa ribet deh," balas Stella tak mau kalah.

Bi Ina yang sedari tadi melihat interaksi Ayah dan anak ini, hanya bisa menggelengkan kepala sembari tersenyum. Stella membuka pintu mobil lalu duduk di sebelah Papa-nya, ia menunjuk arah depan menggunakan dagunya. Sebagai tanda, Yuda segera melajukan mobil dan pergi ke acara pernikahan Rina. Mantan istri Yuda, dan Ibu kandung dari Stella Edison.

Hari minggu kali ini tidak begitu menyenangkan, Stella harus melihat pernikahan Ibunya. Melihat kebahagiaan baru sang Ibu, dan tidak akan pernah melihat lagi kalau dirinya, Rina dan Yuda akan menghabisi waktu bersama, bercerita setiap malam di kamar, berlomba-lomba memasak di dapur. Ah, semua hanyalah masalalu yang bisa dikenang sebagai sejarah dalam hidupnya.

He's ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang