7. Titik Celah

20.1K 2.1K 174
                                    

"Ya Allah, jadikan segala urusan kami berakhir dengan baik. Dan lindungi kami dari bencana dunia dan akhirat."
[HR. Ahmad 4/181]

°°°

Akan ku kenalkan pada kalian sabiyah kebanggaan Rasulullah. Dia bernama Rufaidah Al-Aslamiya, pelopor keperawatan modern dalam sejarah Islam. Lahir pada tahun 570 M, menjadi perempuan pertama pemilik tenda perawatan untuk orang sakit.

Tenda perawatan milik Rufaidah berdiri pertama kali saat Perang Uhud tahun 625 Masehi. Ketika itu Rufaidah keluar dalam peperangan dan membawa seluruh perawatan medis, termasuk tenda yang dia butuhkan di atas unta. Rufaidah membangun tenda di luar Masjid Nabawi untuk merawat setiap orang yang sakit.

Di antara para korban yang dirawat Rufaidah hingga sembuh adalah Sa'ad bin Mu'adz yang terluka tertancap panah di dada. Rufaidah membiarkan panah itu tetap menancap di dada Sa'ad, sebab jika dicabut darah akan mengucur dan tak bisa dihentikan. Hal itu akan mengancam nyawa Sa'ad.

Di tenda Rufaidah, kesembuhan Sa'ad dipantau setiap pagi dan sore. Bahkan menurut riwayat, Rasullullah kerap menjenguknya. Atas jasanya itu, Rasulullah memberi Rufaidah bagian ganimah (harta rampasan perang) sama seperti bagian laki-laki untuknya, meskipun keterlibatannya dalam peperangan hanya sebagai perawat.

Rufaidah juga dikenal sebagai pelopor adanya pembagian waktu kerja atau shift  yang sampai sekarang berlaku di rumah sakit. Hal ini terjadi ketika perang, agar ditangani dengan maksimal, Rufaidah membagi jadwal para perawat yang ditunjuk untuk membantunya menjadi dua shift, siang dan malam.

Rufaidah merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan. Dalam riwayat, sosok Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan berempati tinggi sehingga pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan sangat baik. Bagi Rufaidah, sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat.

Dalam keseharian, dia membantu orang sakit, juga merawat anak-anak dan membantu anak yatim, kaum difabel dan orang miskin. Rufaidah juga mendidik perempuan yang berminat menjadi perawat. Tak hanya itu, dia turut mendanai semua kegiatan medis itu dengan harta pribadi.

Rufaidah meninggal di usia 65 tahun, karirnya di bidang keperawatan ternyata memantik pergeseran kultural dalam memandang peran perempuan sebagai pemimpin di dunia medis. Sejarah peradaban Islam mencatat pengabdiannya di dunia medis dengan tinta emas. Bahkan, Rufaidah dinobatkan sebagai perintis keperawatan modern.

Rufaidah adalah sosok panutan utamaku dalam dunia medis. Sosoknya sangat menginspirasi bahkan memotivasi ku untuk selalu memberikan pelayan terbaik bagi pasien. Dia mengajarkanku untuk menjadi perawat sejati harus paham bahwa perkembangan teknologi dan sisi kemanusiaan harus berjalan seimbang.

"Tidak ada rencana ambil S2, Kak?" tanya Haikal. Saat ini kami sedang mensterilkan  beberapa peralatan medis di dalam tenda perawatan. Kami baru saja berbincang masalah pendidikan.

"Ehm," Aku memasukan pinset ke dalam panci yang diisi air mendidih, "keinginan itu ada, bahkan aku bercita-cita mengambil spesialisasi Keperawatan anak dan mengajar di kampus. Tapi, sejak terjun di Rumah sakit, melayani ratusan pasien, melewati berbagai kasus kesehatan, aku merasa ... Allah memberikan kode bahwa aku ditakdirkan untuk mengabdi di rumah sakit. Aku merasa nyaman dan menganggap Rumah sakit adalah rumah keduaku."

Haikal tersenyum lalu dia membuka tutup panci kompor satunya dan memasukkan beberapa pisau bedah ke dalam panci, "Selain itu karena suami Kak Nai juga di rumah sakit, kan?"

[DSS 5] DEAR ALLAH 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang