4. Kepiting Dalam Pasir

26.4K 2.7K 242
                                    

"Seperti berlian, dua insan itu terlalu mudah untuk dicintai dan terlalu mudah untuk dipuja. Karena sinar dan kerlipnya yang indah."

***

"Ini, makasih, ya?" kataku sembari berjalan menuju Haikal yang menunggu di dekat Truknya.

Dia tersenyum lalu berjalan mendekatiku,"Kok cepet banget? Nggak papa kok kalau mau pake lama."

Aku menggeleng, kemudian dia meraih ponselnya. Aku tak sengaja bertemu dengan Haikal di gudang logistic medis Gardu Lima. Ternyata dia ditempatkan di Gardu Empat. Dan kebetulan juga dia yang bertugas mengambil logistic medis poskonya.

"Yang penting udah ngabarin," kataku. Dia mengangguk, dalam satu waktu itu kami saling diam. Aku juga bingung mau ngomong apa karena memang tidak hal penting yang ingin aku bicarakan dengannya.

"Ya udah, aku balik ke trukku lagi, ya. Makasih sebelumnya." Aku berpamit, dia balas anggukan dan sunggingan senyum.

Sebelum naik ke truk untuk kembali, aku izin ke salah satu tentara yang membawa truk untuk menunggu sebentar karena aku ingin mencari simcard baru yang bisa digunakan di Gardu Tiga. Aku harus tetap berkomunikasi dengan Mas Wildan.

Gardu Lima seperti perkampungan modern, meski rumahnya berjarak-jarak tetapi rumahnya bagus-bagus, ada yang berlantai dua, adapula yang halamannya luas. Sebagian besar memang berpenghasilan dari sawah jika diperhatikan jalanan masuk desa ini sawah berhektar-hektar, tetapi ada juga pengusaha rumahan. Ada rumah makan, ada bengkel, ada toko baju dan toko sepatu , lalu ada konter ponsel.

Aku melipir ke konter sepetak di antara gerobak-gerobak penjual mie ayam dan bakso.

"Mas, di Desa Sumbersono bisa pakai simcard apa ya?"

"Oh, biasanya pakai ini, Mbak." Mas konter menunjuk kartu berwarna merah.

Aku mengganguk sambil melihat-lihat kartu berwarna merah berjajar di dalam etalase, setelah memilih nomer yang mudah dihapal, aku membeli satu dan mengisi paketan data dan pulsanya sekalian.

Begitu selesai membeli simcard baru, aku langsung kembali ke posko Gardu Lima. Mataku terbeliak kaget saat mendapati truk Gardu Tiga sudah tidak ada di parkiran. Aku berlarian ke sana kemari kebingungan, bagaimana aku bisa kembali?

Aku langsung menuju ke dalam posko, menanyakan petugas jaga di sana. Mungkin juga bisa membantuku untuk kembali ke Gardu Tiga atau setidaknya truk Gardu Tiga bisa kembali menjemputku. Mereka pasti belum jauh karena tadi aku perginya tidak lama.

Petugas posko berusaha untuk menghubungi truk Gardu Tiga, tetapi tidak ada jawaban. Petugas posko  juga menghubungi Gardu Tiga, mereka mengatakan bahwa truk belum sampai. Petugas tersebut memberitau mereka bahwa aku ketinggalan truk. Akhirnya aku diminta untuk menunggu setelah truk sampai di sana.

Aku duduk di teras posko. Sebentar lagi magrib, mana lagi perutku keroncongan. Aku duduk sambil meletakkan daguku di atas lutut. Harusnya aku tadi minta ditemani saja membeli simcard, dengan begitu aku tidak akan ketinggalan.

Beberapa saat kemudian aku melihat sebuah truk masuk ke halaman Gardu Lima, aku langsung berdiri menyambut antusias karena mungkin itu adalah trukku yang kembali setelah menyadari aku ketinggalan. Tetapi, sayangnya bukan. Itu truk Haikal yang kembali.

"Kak Nai? Kok masih di sini?"

Aku tersenyum tipis, "Iya, ketinggalan truk."

"Oh, kalau begitu bareng truk saya aja."

"Eh? Boleh ya?"

"Boleh dong, nanti saya yang antar Kak Nai ke Gardu Tiga pakai motor TNI."

Pakai motor? Berdua saja dong artinya? Tetapi, tidak ada cara lain untuk kembali ke sana selain bersama Haikal. Semoga tidak ada fitnah atas kejadian ini, semoga Allahu Rabb.

[DSS 5] DEAR ALLAH 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang