𝓟𝓮𝓻𝓹𝓲𝓼𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓪𝓳𝓪𝓻𝓴𝓪𝓷 𝓴𝓲𝓽𝓪 𝓫𝓪𝓱𝔀𝓪 𝓻𝓲𝓷𝓭𝓾 𝓲𝓽𝓾 𝓫𝓾𝓴𝓪𝓷 𝓼𝓮𝓴𝓪𝓭𝓪𝓻 𝓭𝓸𝓷𝓰𝓮𝓷𝓰 𝓼𝓪𝓳𝓪, 𝓷𝓪𝓶𝓾𝓷 𝓻𝓲𝓷𝓭𝓾 𝓲𝓽𝓾 𝓪𝓭𝓪 𝓭𝓪𝓷 𝓷𝔂𝓪𝓽𝓪.
-Diana Febi-🌺🌺🌺
Pria ini masih enggan melepas pelukannya. Wajahnya masih nyaman melesak dipundakku. Deru napasnya memburu, pelukannya begitu mengerat. Aku tahu ini pasti sulit untuknya, namun ini sudah menjadi janjiku kepada Allah. Setelah apa yang telah Allah beri, kini tiba waktuku untuk memenuhi janji itu.
"Mas..." panggilku lembut.
Setelah apa yang kita lewati ini sungguh berat, jika harus berpisah untuk sementara waktu. Padahal kebahagiaan baru terasa dalam keluarga kecil kami. Namun, ini semua tak berarti jika aku melupakan Dia yang telah memberi kebahagiaan.
"Mas, udah dong. Nanti aku ketinggalan rombongan loh."
Dia masih bergeming, masih memelukku erat.
"Mas.."
"Sebentar saja, Naira. Biarkan seperti ini." Katanya.
Aku mendengus kesal, kemudian tersenyum, sungguh bahagia jika merasa teramat dicintai oleh seseorang yang kucintai. Jika diingat dulu, dia sangat membenciku, menginginkan ketidakhadiranku dalam hidupnya, hari ini Allah buktikan bahwa untuk membalikkan hati manusia semudah membalikkan telapak tangan. Cinta Mas Wildan melebihi cintaku kepadanya.
Itulah kenapa dulu Mas Wildan begitu sulit melupakan Zulfa, karena sekali pun dia mencintai seorang wanita, dia akan begitu dalam mencintainya. Seiring berjalannya waktu, setelah apa yang kita lewati, sekali pun dia mencintaiku, dia mencintaiku begitu dalam hingga rasanya tiada wanita lain dalam hidupnya yang pantas dicintainya selain aku. Dia sendiri yang bilang seperti itu. Pria yang teguh pendirian memang memiliki karakteristik yang teguh dalam apapun, termasuk dalam urusan cinta.
"Abi!" suara gadis kecil itu akhirnya membuat Mas Wildan melepaskan pelukannya.
"Iya, Sayang?" sahut Mas Wildan. Dia langsung beranjak meninggalkanku begitu saja, seperti lupa tadi apa yang sudah dia lakukan kepadaku.
Aku terkekeh, kehadiran Yasmin setelah kelahiran Yusuf, ternyata perkataannya yang tiada wanita lain yang pantas dicintainya selain aku, itu terbukti salah. Kini, gadis mungil yang memiliki mata bulat itu sudah merebut hati Mas Wildan.
Lekas aku menyusulnya keluar kamar, kulihat dua makhluk kembar tapi beda itu sedang asyik bercengkerama.
"Abi, kata Akak, Umi pelgi gala-gala Yasmin nakal ya?" adunya kepada abinya. Putri kecil yang memiliki nama lengkap Putri Yasmin Almaira Khalif itu berusia tiga tahun, kehadirannya tiga tahun setelah putra pertama kami lahir, Ibrahim Yusuf. Yusuf memang menyayangi Yasmin, tapi untuk mengungkapkan rasa sayangnya, Yusuf sering mengusili adiknya itu.
"Akak bilang begitu?" tanya Mas Wildan sembari menggendong Yasmin.
Mata Yasmin berkaca-kaca, bahkan bibirnya terlihat menyebik ingin menangis, "Yasmin janji Yasmin nggak nakal lagi, Abi. Abi bilang sama Ummi, Ummi jangan pelgi." Setelah mengatakan itu, tangis Yasmin pecah.
Aku tersenyum melihatnya, juga merasa kasihan. Yasmin memang lebih dekat denganku, kepergianku selama satu bulan ini akan membuatnya merasa bersedih. Wajahnya memang mirip dengan Mas Wildan, tapi sifatnya yang cengeng mirip denganku.
"Nggak, Sayang. Ummi pergi bukan karena Yasmin nakal. Tapi Ummi pergi karena ada janji sama Allah." sahutku.
Yasmin merangkul leher Mas Wildan, terisak di sana. Mas Wildan mencoba menenangkan putrinya. "Ummi nggak lama kok perginya. Ya, kan Ummi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[DSS 5] DEAR ALLAH 2
Любовные романыKehidupan rumah tangga Wildan dan Naira begitu harmonis dengan kehadiran zuriat yang mereka nanti-nanti. Karena janji yang pernah terucap oleh bibir Naira, wanita itu harus berpisah untuk ke dua kalinya dengan sang suami. Ternyata perpisahan sement...