Geo benci ada pandemic. Karena virus sialan ini, dia jadi gak bisa modus sama Setya. Meski niatnya sudah tersampaikan, tapi dia jadi gak bisa ngajak Setya jalan atau membuktikan bahwa kali ini dia bersungguh-sungguh. Karena dengan ucapannya, dia yakin Setya tidak akan percaya.
Kadang terpikirkan olehnya untuk nekat main ke rumah Setya tanpa mengabari sang empunya rumah. Tapi di musim pandemic ini, Geo takut Setya dan keluarga enggan untuk menerima tamu. Apalagi Setya pernah bilang kalau dia kangen dengan para keponakannya karena mereka sudah tidak pernah ketemu dan kerumah lagi semenjak pandemic.
Maka cara satu-satunya untuk modus adalah dengan sering mengirim paket ke rumah Setya. Seringnya makanan. Tapi semenjak Setya bilang untuk tidak mengiriminya makanan lagi, Geo jadi nelangsa sendiri. Harus dengan cara apa lagi?
Makin nelangsa ketika Setya mengatakan kalau dia tidak percaya lagi padanya dan menganggap bahwa sikapnya ini adalah perjuangan yang hanya diawal saja. Di mata Setya begitu, padahal baginya ini bukan hanya perjuangan yang hanya diawal. Dari awal memang harus berjuang dulu kan?
Apa Setya trauma akan kisah mereka dulu?
Atau memang bagi Setya, seluruh tatapannya sudah tidak bisa teralihkan lagi dari Rai?
**
Rendra hari ini membawa kabar kalau dia telah lulus dengan nilai yang memuaskan. Dari kemarin Mama tidak hentinya menelfon Rendra untuk memperhatikannya. Bagaimana makannya, istirahatnya dan semacamnya. Mama sangat khawatir dengan Rendra, pasalnya saat ini dia tidak hanya menyusun skripsi tapi juga bekerja. Pasti melelahkan sekali. Mikir buat skripsi aja udah pusing, ini lagi harus kerja juga.
Kecemasan Mama datangnya kala mengingat Rai skripsian. Kondisinya sama dengan Rendra, skripsian sambil kerja. Mamanya ingat sekali, sebelum sehari sebelum sidang skripsi, Rai lembur dan baru pulang jam satu pagi dari kantor. Setelahnya harus lanjut lagi belajar untuk sidang. Alhamdulillahnya lulus sidangnya, meski habis itu Rai masuk rumah sakit karena sakit tipes.
Kalau kondisinya tidak pandemic Mama dan Papa ingin sekali pergi ke Malang untuk menemani Rendra sidang skripsi. Sayangnya, kondisinya tidak memungkinkan. Sebagai gantinya, Mamanya meminta Rendra untuk keep in touch dan sering menghubunginya. Juga meminta Rendra untuk berkata jujur apa yang sedang dia rasakan.
"Kamu ada rasa pusing gitu gak, Ren?"
"Enggak, Mah."
"Badanmu suhunya berapa? Demam gak? Atau tulangnya ngilu-ngilu gitu?" tanya Mamanya lagi.
"Enggak Mamahku sayanggg!" jawab Rendra dengan gemas.
Kadang mendengarnya, Rai dan Diva suka ngetawain. Karena pertanyaan itu bisa diulang berkali-kali setiaaaaap telfonan!
Namun, kecemasan Mamanya mendapat balasan yang indah. Mendengar kabar Rendra lulus, Mama dan Papanya menitikan air mata. Lanangnya yang terakhir ini telah sarjana. Rai juga terharu, karena akhirnya Rendra menepati janjinya untuk segera lulus. Dia tidak main-main dengan janjinya rupanya.
"Abis ini Mama dan Papa dapet kabar abang mau menikah yaa..." ujar Mamanya sambil melirik si sulung.
Rai mengulum senyumnya. "Iyaa."
**
Tio mengajak Rai untuk pergi ke rumah Reno. Pasalnya dia lagi pusing banget dan butuh refreshing. Nongkrong di café, tempatnya pada tutup. Maka rumah Reno-lah yang paling nyaman. Kebetulan yang punya rumah juga gak masalah kalau kedatangan tamu.
"Pass bangettt kalian datenggg. Pas banget jugaa ada Rai!" sambut Jihan ketika keduanya datang.
Rai mengerutkan kening bingung dengan sambutan Jihan. Memangnya ada kebetulan apa kali ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
SETYA BELUM AKAD
ChickLitRai dan Setya pacaran hampir enam tahun. Karena hubungan mereka terbilang lama, temen-temennya udah pada menikah dan gendong anak, membuat Setya jadi rewel dan minta dinikahin terus sama Rai. Sayangnya, Rai belum mau menikah. Alasannya, karena nikah...