4. Setya Ngajak Rai Nikah part 4 : Keasinan Tanda Mau Nikah

1.8K 222 9
                                    

Rai bisa di bilang lahir dari keluarga yang cukup. Dia punya dua orang adik yang dua-duanya sedang kuliah. Rendra, adik pertamanya kuliah di Brawijaya, Malang. Sekarang sudah masuk semester akhir. Adik keduanya, Diva, kuliah di kedokteran UI. Sekarang masih semester empat. Dua-duanya ngekos. Karena biaya kuliah adik-adiknya cukup mahal dan ngekos juga, jadi uang yang dikeluarkan juga banyak untuk mereka berdua.

Semenjak Diva masuk universitas, urusan Rendra jadi tanggung jawab Rai. Dari biaya kuliah, bayar kosan dan uang bulanan Rendra selama di Malang. Karena kalau semua di tanggung oleh Papanya tidak akan sanggup. Jadi, Papa dan Rai saling bahu-membahu untuk memenuhi kebutuhan Renda, Diva serta kebutuhan di rumah mereka.

Hal tersebut salah satu alasan kenapa Rai belum mau menikah. Karena keuangannya masih belum stabil. Masih banyak yang harus di selesaikan dan banyak yang harus disiapkan. Meski kalau dia mau menikah pun sudah bisa karena dia juga sudah menabung sejak dulu untuk biaya pernikahannya. Secara mental pun dia merasa sudah siap, sudah banyak belajar dan dengar banyak nasihat juga dari teman-temannya yang sudah menikah dan berpengalaman.

Tapi ya itu tadi, dia merasa banyak yang harus diselesaikan. Rencananya, dia akan menikah ketika Rendra sudah lulus kuliah. Karena setelah Rendra lulus dan kerja, setidaknya dia bisa membantu keuangan di rumah. Keuangannya pun bisa dipastikan stabil (kalau gak ada pengurangan gaji hahaha).

Sejujurnya, Rai paham kalau Setya minta dinikahin. Soalnya mintanya udah gak pake kode lagi, langsung tembak. Rai selama ini juga ada niatan untuk ngajak Setya ke arah sana. Tapi memang belum diutarakan olehnya kepada Setya. Dia tidak ingin Setya jadi berharap untuk waktu yang lama. Maka dari itu, niat baik tersebut masih dia simpan baik-baik.

Sampai waktunya tiba, Rai harap Setya mau menunggu untuknya. Sebentar lagi, Set. Sabar ya.

**

Saat sarapan, Mamanya bilang kalau adik-adiknya akan pulang. Diva akan pulang hari minggu. Rendra baru pulang besok. Liburan semester katanya. Rai yang sudah lama tidak kuliah, sampai lupa kalau ada liburan semester. Habis, di dunia kerja mana ada liburan kayak gitu. Kerja! kerja! kerja! Kalau mau libur ya cuti. Kalau enggak nunggu tanggal merah di kalender.

"Rendra kenapa gak pulang hari ini aja kalo udah libur, Mah?" tanya Rai pada Ibunya.

"Hari ini katanya dia mau interview kerja. Kemarin dia coba-coba ngelamar kerja. Eh, dipanggil." jelas Ibunya.

Kening Rai lantas mengkerut. "Rendra kenapa gak fokus kuliah dulu sih, Mah? Tanggung loh padahal, tinggal skripsi, sebentar lagi juga selesai. Nanti kalo udah kerja malah keganggu kuliahnya." komentar Rai.

"Rendra kan tinggal nyusun, Bang. Udah gak ada kelas lagi. Jadi banyak waktu luangnya. Daripada main-main ngabisin uang, lebih baik cari uang. Kemarin Rendra bilang gitu ke Mama." cerita Mamanya.

"Kok dia gak bilang ke Aku ya?" tanyanya bingung. Mamanya menaikan bahu tidak tau. "Nanti deh, aku telfon Rendra. Ngerjain skripsi sambil kerja tuh berat loh, Mah. Gak gampang."

Mamanya hanya mendengarkan saja anak sulungnya menggerutu. Lucu saja melihat Rai memperhatikan adik-adiknya sampai segitunya.

"Hari minggu Diva minta dijemput. Yang jemput mau kamu, Papa apa Rendra? Soalnya dia banyak barang bawaan. Kado sama kue. Diva kan abis ulang tahun." jelas Mamanya.

"Ohiya, Diva kemarin ultah yaa. Lupa ngucapin aku." sahut Rai cengengesan. "Yaudah, aku aja yang jemput. Nanti sekalian aku ajak Setya."

"Nah, yaudah kalo gitu nanti hari minggu Mama sekalian masak nasi uduk. Selametan ulang tahun Diva sekalian makan bareng Setya. Udah lama juga kita gak kumpul."

SETYA BELUM AKADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang