9. Dedikasi Setya

1.6K 202 3
                                    

Setya dengan setia menemai Rai di rumah sakit sambil menunggu kedatangan Rendra, Diva dan Mamanya yang masih kejebak macet. Setya juga udah ngabarin orang rumah kalau Papanya Rai kecelakaan dan bisa jadi Setya bakal pulang malam banget atau bisa jadi pula gak pulang. Karena kayaknya gak tega ninggalin Rai dalam kondisi kayak gini.

Setelah teman-temannya pulang, Rai dan Setya duduk di kursi tunggu. Seluruh administrasi sudah Rai urus. Sekarang tinggal tunggu info lanjutan dari dokter. Rai frustasi banget karena Papanya belum juga sadarkan diri. Setya juga tidak hentinya untuk menenangkan Rai.

"Yang, Papa kok belum sadar-sadar yaa?"

"Papa lagi periksa sama dokter, Yang. Kita sabar yaa."

Tak lama, Mama, Rendra dan Diva datang. Rai langsung menghampiri Mamanya yang datang-datang sudah panik dan menangis tersedu-sedu. Melihat Mama dan adik-adiknya menangis semakin membuat Rai lemas. Tapi dia kudu pasang badan dan menguatkan keluarganya.

"Kita doain Papa yaa semoga Papa gak kenapa-napa dan cepet sadarin diri." Kata Rai.

Melihat orang nangis, Setya juga jadi ikutan nangis. Diva kemudian pindah pelukan dari Rai ke Setya. Gadis itu segera memeluk Diva dengan erat. Tangis Diva begitu kencang dan menyakitkan. Setya sampai ikut merasakan kesakitan yang Diva rasakan hanya dengan suara tangisannya.

"Bang, Papa gak bakal kenapa-napa kan??" Lirih Mamanya pada Rai.

"Kita berdoa aja yaa, Mah..." hanya itu yang bisa Rai katakan pada Mamanya. Karena Rai belum dapat info lagi soal kondisi Papanya, jadi dia tidak bisa mengatakan hal lebih banyak. Semoga saja kondisi Papanya tidak semakin buruk.

**

Setya memutuskan untuk tidak pulang malam ini dan ikut menunggu di rumah sakit. Urusan kerja, Setya akan izin untuk datang agak siang. Papanya Rai masih belum sadarkan diri. Namun, kondisi Rai, Mama, Rendra dan Diva sudah lebih baik dan tenang.

Suasana rumah sakit juga sudah lumayan tenang setelah sebelumnya sangat hectic karena keluarga korban yang lainnya berdatangan. Saat Rai balik ke ruang tunggu habis beli roti, air mineral dan kopi panas untuknya, Mama dan Diva sudah tidur dipangkuan Rendra. Setya juga tidur bersandar di dinding.

Sebenarnya Rai sudah ingin mengantar Setya pulang ke rumah, tapi cewek itu menolak dan bersikeras untuk tetap di rumah sakit menemaninya. Padahal Rai tau kalau Setya pasti capek banget setelah seharian kerja lanjut nemenin dia di rumah sakit.

Karena tidak tega membiarkan Setya tidur menyandar ke dinding yang membuat lehernya jadi sakit, Rai lantas merebahkan kepala Setya di bahunya. Sedangkan, dia tetap terjaga.

**

Pukul setengah lima pagi, Papanya Rai sudah masuk ke ruangan operasi. Namun karena Setya harus balik ke rumah untuk ganti baju, maka dia tidak bisa menunggu sampai operasinya selesai. Rai ngotot mau nganter Setya pulang ke rumah, namun Setya menolak dan akan pulang dengan kendaraan umum.

"Kamu dianter sama Rendra aja. Biar bisa nyicil tidur di mobil." Saran Rai. Tapi Setya tetap menolak.

"Iyaa, Kak." Rendra ikut menambahkan.

"Gak usah, aku bisa sendiri, Yang." Kata Setya. "Kalian disini aja, Mama sama Diva lebih butuh kehadiran kalian."

Setya hampir setipe sama Rai. Kalau enggak yaa enggak. Kalau gak mau dianter yaa gak usah dianter. Maka Rai dan Rendra gak bisa maksa lagi.

"Yaudah, aku pesenin gocar yuk di depan." Ajak Rai yang baru disetujui oleh Setya.

Setelah berpamitan dengan Mamanya Rai dan Diva, Rai dan Setya langsung keluar dari rumah sakit dan memesan gocar untuk Setya. Selagi menunggu, Rai mampir ke minimarket rumah sakit yang buka dua puluh empat jam dan membelikan cokelat panas untuk Setya minum di dalam mobil.

SETYA BELUM AKADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang