17. Cincin Pengacau

2.1K 206 19
                                    

Paper bag yang di bawa Geo, yang masih bertengger di atas meja Setya langsung jadi bahan ledekan Jesika n the genk. Tentu saja yang mulai Jesika duluan. Sejak bertemu dengan Geo di lobby, ngeliat paperbag yang di bawa Geo, Jesika udah gatel banget mau kepoin isi paperbag itu apa dan modelnya seperti apa.

"Ishh.. cakeup banget tasnya, Set." seru Jesika kayak orang norak.

"Ori apa kawe super beb??" Riski bertanya seraya mengamati tas baru punya Setya.

"Ori ini mahh.. bada banget cuy sama yang kawe mahh.." sela Jesika.

"Yeehh jangan percaya dulu. Jaman sekarang mah orang pada jago-jago niruin." tukas Riski.

Tapi Setya sama sekali gak tertarik membahas tas mahal pemberian Geo itu. Bahkan, sejak paperbag itu diberikan pun Setya belum buka-buka. Yang buka malah Jesika tadi yang akhirnya membuat Setya jadi tau pula apa isinya. Setya gak tertarik buat ngomongin tas. Dia tertariknya buat ngomelin Jesika karena mulutnya yang bocor banget! Ngapain coba dia kasih tau Geo lantai mereka bekerja. Habis ini, Setya yakin banget deh kalau Geo ngajakin maksi atau chatnya gak di balas pasti dia bakal nyamperin ke lantainya jika kebetulan dia sedang di gedung ini. Yakin Setya!

"Yahh.. lo gak briefing dulu tadi sama gue. Jadi, mana gue tau kalo gue gak boleh kasih tau dia kita kerja di lantai berapaa." jawabnya polos. "Lagian kenapa emang kalo dia sering main ke sini? Takut gak kuat iman ya lo?!" godanya sambil terkekeh sendiri.

"Jalanin aja dulu, Set. Selama gak ketauan sama Rai." saran dari Fidi sambil terkekeh.

Emang kalau minta saran sama cewek-cewek ini gak pernah bener. Gak minta saran aja di kasih saran yang gak bener. Apalagi minta.. lebih parah.

Gak mau nanggepin lagi, Setya lalu meninggalkan teman-temannya dan pergi ke toilet. Sebodo amat sama tas mahal pemberian Geo yang masih mereka lihat-lihat. Kalau orang lain tas mahal di sayang, gak boleh lecet, Setya malah gak peduli. Pertama, bukan dia yang beli. Kedua, dia gak pengin punya tas kayak gitu. Ketiga, yang ngasih bukan orang orang yang dia harapkan.

Di dalam bilik kamar mandi, Setya termenung lagi. Entah kenapa dia merasa kalau sekarang semuanya jadi rumit. Kata-kata yang dia ucapkan pada Rai, seperti berbalik padanya.

It's easy. Tapi Setya membuatnya jadi rumit karena pikirannya sendiri.

Setya lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan kotak bludru. Pemberian kedua dari Geo setelah tas mahal tadi. Kotak itu berisi cincin yang sangat cantiiiikk sekali. Manis banget dengan satu permata timbul di bagian depannya. Setya yakin, kalau cincin ini disematkan ke jarinya pasti cantik. Sayangnya, Setya cuma berani sampai buka kotaknya aja dan memandanginya. Gak berani menggunakannya bahkan menyentuhnya.

Andai ini dari kamu Rai. Aku udah jingkrak-jingkrakan daritadi. Udah aku pamerin ke semua orang kali! Perasaan aku pun pasti seneng bukan main. Bukan sedih bin bimbang kayak gini.

Jujur, melihat Geo membawa cincin ini menciptakan kebimbangan untuknya. Ternyata Geo benar-benar serius dengan lamarannya.

**

Hari ini Rai mengajaknya untuk menghadiri acara lamaran Ayu bersamanya dan keluarga. Sebenarnya Setya masih kesal dan malas bertemu dengan Rai. Tapi kalau gak ikut gak enak sama Mamanya Rai. Pasalnya Mamanya Rai yang mengajaknya. Rai juga ngajak kok dan mengharapkan Setya untuk ikut juga.

Seperti biasanya, Rai menjemput Setya, lalu membawanya ke rumahnya. Dari rumah Rai barulah mereka berangkat bareng-bareng bersama keluarganya Rai ke rumah Ayu. Mamanya Rai membawa beberapa hantaran yang nantinya akan diberikan oleh calon suami Ayu. Ini sudah dibicarakan sebelumnya pada seluruh keluarga. Katanya bantu-bantu. Nah, kebetulan Mamanya Rai ke bagian di suruh membawa beberapa kue-kuean.

SETYA BELUM AKADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang