10. Good Boy

1.6K 193 4
                                    

Rai duduk menyendiri lorong rumah sakit. Dia baru selesai bicara dengan Mamanya soal Papanya. Jadi, Mamanya tadi mengobrol dengan Papanya. Kata Papanya, akan susah kalau tetap harus kerja dalam kondisi kakinya seperti ini. Papanya bukan patah semangat cuma akan sulit nantinya. Maka, Papanya berniat untuk pensiun dini. Sebelumnya, dia ingin minta persetujuan dari isterinya. Tentu, Mamanya mengizinkan.

Rasanya tidak tega juga kalau harus membiarkan suaminya bekerja dalam kondisi kaki seperti ini. Rai pun setuju dengan keputusan itu. Mungkin sekarang sudah waktunya Papanya istirahat dan menikmati masa tuanya bersama Mamanya di rumah.

Saat Rai mencoba memejamkan matanya, Rendra datang dan membangunkan Rai. Ternyata Rendra juga mau ngajak Abangnya bicara.

"Bang, Mama tadi cerita sama gue soal Papa yang mau pensiun." kata Rendra. "Karna Papa mau pensiun, gue mau izin sama lo yaa buat kerja. Plis, Bang, izinin gue buat kerja." mohon Rendra.

"Skripsi lo udah sampe mana?"

"Udah dapet gue judul. Udah Acc dosen juga. Selama disini gue juga ngerjain, Bang. Dosen gue juga mau kok kalo bimbingannya online. Jadi, mungkin setelah masuk kuliah, gue bisa langsung sempro." Papar Rendra. "Bang, gini aja, gimana kalo kita buat perjanjian."

Kening Rai mengkut. "Gue akan selesaiin skripsi gue kurang lebih dua bulan ini. Tapi lo harus izinin gue kerja. Kalau selama dua bulan itu skripsi gue gak kelar, gue bakal stop kerja. Gimana?"

"Sepengen itu ya lo kerja?"

"Iyaa." Jawab Rendra dengan mantap. "Kalo boleh jujur ya, Bang. Gue sebenernya di Malang juga part time jadi customer service. Cuma gak bilang aja sama lo."

"Nahh," Rai menjentikan jarinya. "Gimana kalo lo part time aja?!"

"Ishh... kalo part time uangnya gak terlalu gede, Bang." Dengus Rendra. Lama-lama kesal juga sama abangnya.

"Emang kalo gaji lo gede mau ngapain sih, Ren?"

"Bantu-bantu Mama sama Papa lah di rumah. Sama buat gue jajan hahaha..." kekeh Renda.

"Buat lo jajanin cewek lo?!"

"Bisa jadii." Katanya lagi. "Gimana? Deal ya?"

Rai gak bisa maksa Rendra lagi. Maka, dia mengizinkan kalau Rendra mau kerja. Rai juga gak mau denial, setelah ini pasti ekonomi keluarganya akan lebih sulit. Apalagi ketika Papanya sudah pensiun. Dengan bantuan Rendra juga mungkin akan lebih baik. Jadi, yang bahu-membahu kini ganti orang. Rendra dan Rai.

"Waktu itu lo skripsi ngerjain berapa lama, Bang?" tanya Rendra.

"Sembilan bulan." Sebutnya sambil tertawa. "Itu karna gue ngerjainnya sambil kerja. Telat banget karna keasikan kerja, jadi skripsi gue dinomorduakan. Makanya, gue gak mau itu terjadi sama lo."

"Enggaklah, gue mah beda sama lo." seru Rendra songong. "Btw, malem ini lo yang balik aja. Gantian gue yang jagaa."

"Gak usaah. Udah gue ajaa.."

"Bang," sentak Rendra. "Gue tuh udah umur dua puluh dua tahun. Gue udah gede. Jangan terus-terusan memperlakukan gue kayak anak kecil mulu!" tukas Rendra membuat Rai terkejut. "Gue udah gede, gue udah bisa ngatur diri dan jaga diri gue. Gue udah bisa jagain Papa di rumah sakit. Lo udah bisa minta bantuan gue. Stop treat me like a kids."

Rai terkejut mendengar penuturan Rendra. Terkejutnya lebih seperti dalam hati ngomong 'Rendra sekarang udah gede banget yaa'. Kali ini Rendra benar, kayaknya Rai selalu menganggap Rendra dan Diva sebagai anak kecil. Padahal kedua adiknya sudah beranjak dewasa. Rendra dan Diva bahkan sudah bisa hidup mandiri karena mereka ngekos sekarang.

SETYA BELUM AKADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang