17. Waktu Indonesia Overthinking

84 10 3
                                    

Waktu Indonesia Overthinking

▫▫▫


Pukul 00.47 Waktu Indonesia Overthinking.

Kebiasaan Mahen jika ia terlarut merasa bosan adalah overthinking. Memikirkan banyak hal dengan topik yang tak berkorelasi.

Seperti, kenapa dulu waktu kecil ia menolak dibelikan teleskop? Lalu beralih pada keberadaan alien, lalu beralih lagi pada apakah ia bisa meneruskan perusahaan cabang milik Papanya dan berakhir dengan pertanyaan yang selalu tersampir sejak dulu. Kenapa rumahnya berbeda dengan rumah anak - anak Abimanyu?

Maksudnya, bukan interior atau eksterior yang jelas bereda karena selera Abimanyu terlalu pribumi sedangkan Mahen lebih condong ke gaya barat.

Lupakan itu.

Kita bicara kondisi. Rumah Mahen tak pernah sehangat rumah Abimanyu. Rumah Mahen tak pernah seramai rumah Abimanyu. Rumah Mahen tak pernah senyaman rumah Abimanyu.

Rumahnya terlampau luas untuk penghuni inti berjumlah satu, asisten rumahnya tak menetap, hanya datang dan pergi seusai selesai tugasnya lalu setelahnya ia ditinggal sendirian.

Mahen tidak seperti Juanda yang kalau lapar tidak ada kemungkinan untuk meledakkan rumah atau minimal bagian dapur. Bukan juga Januar yang kalau lapar hanya tinggal sebut lalu akan dibuatkan dengan senang hati oleh kakak - kakaknya.

Mahen hanyalah Mahen yang hidup di rumah sendiri tapi tidak berbeda dengan mereka yang mengaku anak kost.

Uang jajan bulanannya hampir habis untuk keperluan nafsu makannya yang suka mendadak datang tak mengenal waktu.

Jatah bulanan Mahen sedikit, sedikit berlebih maksudnya. Mengingat kedua orang tuanya menghitung uang bulanan Mahen seperti saat mereka masih tinggal bersama di Kanada dengan mata uang Dollar. Tidak seperti Abimanyu yang jatah bulanannya bermata uang Rupiah.

Oke, setidaknya Mahen punya satu yang bisa ia unggulkan dari dirinya di saat overthinkingnya menyerang.

Kan.

Mahen hanya menghela nafas ketika menyadari otaknya berjalan abnormal kembali. Ingin menyudahi lalu tidur tetapi karena efek es kopi warkop depan komplek tadi sore menyebabkan dirinya harus melek hingga sekarang.

Kafein sialan. Giliran diminum dingin saja baru bereaksi.

Dengan mulut penuh semangka dadu yang selalu distok oleh asistennya, Mahen menikmati petikan gitar yang ia yakini berasal dari tetangganya.

Siapa lagi kalau bukan salah satu dari Abimanyu. Tetangga lainnya tidak ada yang seabnormal anak - anak itu tingkahnya.

Lihat saja, tengah malam bukannya berkencan dengan kasur malah bermain gitar di gazebo gelap yang berdempetan dengan batas rumah mereka berdua.

"Lo udah item jangan main di tempat gelap. Kasian kalo ada yang liat, bukannya syahdu malah ngeri liat gitar melayang"

"Emang bener ya, jam - jam segini itu jam rawan setan berkeliaran"

Mahen terbahak tanpa suara, tetapi tubuhnya sudah mleyot kesana - kemari karena celetukan sebal Haikal.

"Here we go again. Mahen with his humour" gumam Haikal masih melanjutkan petikan gitarnya, meminkan instrumen drama korea yang pernah ia tonton beberapa bulan yang lalu.

Moodnya sedang tidak baik, apalagi dihadapakan oleh Mahen yang terbahak tanpa suara di sampingnya. Ingin rasanya ia menyumpal mulut lelaki itu dengan gitarnya kalau bisa.

AbimanyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang