18. Doa Sepenuh Hati

75 12 2
                                    

Doa Sepenuh Hati




▫▫▫


"Udah siap belum?"

"Bentaar.."

"Kakak!"

Kala menengok pada kepala Januar yang menjembul diantara pintu kamar lelaki itu.

"Kenapa?" Kala menghampiri dengan langkah kecil.

"Nggak bisa pasang dasi" adunya ketika Kala sudah memasuki kamar adik bungsu kembarnya, tangannya terulur guna menyerahkan kain licin sepanjang lima puluh inchi.

"Loh emang mau pakai dasi?"

Januar menunduk menatap Kala, oh tentu saja Kala kalah tinggi dengan Januar.

Gadis itu mengintip Alden dari balik bahu lebar Januar, menampilkan posisi adiknya yang tengah merapikan penampilannya dihadapan cermin.

"Ale nggak pakai tuh"

"Yang lain?" Tanya Januar.

"Nggak tau deh"

Januar berdecak lalu menurunkan kerah kemejanya yang sengaja ia berdirikan agar mempermudah pekerjaan kakaknya.

"Kamu nggak bisa pakai dasi terus selama ini dasi sekolah siapa yang makein?" Tanya Kala penasaran, baru saja Januar ingin membalas tetapi disahut oleh Alden yang menghapiri kedua saudaranya.

"Ibu"

Kala mengangguk "Di sekolah nggak dilepas?"

"Simpulnya nggak dilepas"

Tak mengangguk, Kala justru dilanda canggung. Alden itu memang ajaib ya, berhubung Alden selalu menampilkam sisi cerianya dihadapannya apalagi jika berbicara mengenai basket, rasanya agak aneh ketika Kala mendapati tingkah ketus Alden yang ditujukan padanya.

Dan Kala sedikit kesulitan dengan sikap Alden yang tak tersentuh. Padahal dulunya dia juga begitu kepada Alden.

Januar hanya meringis mendapati suara datar kembarannya, lalu dengan segera ia menggiring Kakaknya keluar guna menjaga perasaan.

"Bentar lagi Januar turun sama Ale, Kak" ucapnya lalu menutup kembali pintu kamarnya.

Meninggalkan Kala yang samar - samar mendengar percakapan adik - adiknya.

"Kelewatan tau, Le"

"Ya puter balik lah"

"Nggak gituuu.."

"Iya ngerti Jan"

"Jangan diulangi, lo udah janji sama Bang Juan mau berubah pelan - pelan"

"Lo nggak lupa kan seberapa banyak kecewa yang Kak Kala torehkan ke gue? Mulai dari kebohongan dulu, ngga datang di turnamen pertama gue, ketus saat gue bersikap biasanya sampai ke fakta yang baru terjadi. Semua butuh waktu, tapi nggak semudah itu di redakan sedangkan sudah berkobar besar"

Alden benar, banyak kekecewaan yang ia toreh untuk keluarganya. Beruntung ia masih memiliki banyak pihak yang mendukungnya dan mendampinginya.

Kala melenggang pergi, tak ingin lancang berkepanjangan. Dugaannya benar, adik - adiknya hanya butuh waktu saja. Setelahnya mereka akan baik - baik saja begitu pula dengannya.


▫▫▫



"SELAMAT WISUDA ABANG GANTENGNYA ABIMANYUUUU!"

AbimanyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang