22. RUN!

55 9 0
                                    

RUN!

---

"Alden!"

Lelaki itu menengok pada Januar yang berlari menghampirinya di depan kostan salah seorang teman Januar, mereka janji bertemu disini ketika Januar mengadu padanya bahwa dia bolos lagi.

Dan tumben sekali adik kembarnya itu memanggil nama biasanya.

"Ada maunya kan lo manggil gue Alden?"

"Iya" sahut Januar cepat, secepat ia menggeret Alden menuju salah satu minimarket dekat sana.

"Gue tutup mulut buat Ibu tapi nggak mau bohong ke Bang Juan" sahut Alden cepat.

"Bagus! Tapi bukan itu masalahnya" ucap Januar tergesa, napasnya masih terengah, matanya bergerak kesana - kemari.

Alden yang merasa ada yang salah dengan adik kembarnya langsung meraih kedua bahu Januar agar menghadap kearahnya, tak peduli pada penjaga minimarket yang menatap mereka bingung.

"Breath, Januar. Tenangin diri lo dulu baru cerita"

Januar mengikuti perintah Alden dengan baik, tetapi jiwanya masih merasa ditekan oleh kecemasannya sendiri membuatnya gelisah sendiri.

"Kenapa?" Tanya Alden ketika Januar mulai menegakkan tubuhnya.

Bukannya menjawab, lelaki jangkung itu justru menarik Alden menuju bagian belakang rak minimarket.

"Salah gue, Le"

"Apa?"

"Anjirlah!"

"Heh, lo kenapa sih?!"

"Nggak tauu.."

Kebiasan seorang Januar jika cemas adalah bingung sendiri, terlalu membiarkan gelisah yang menyerangnya membuatnya kebingungan sendiri. Kalau sudah begini, lawan bicaranya harus inisiatif menanyakan agar Januar bisa bercerita seperti yang sudah - sudah.

"Lo tadi cabut kenapa?"

"Dikejar"

Alden mengernyit "Siapa?"

"Kakak kelas. Ale, gue harus gimana?" Tanya Januar nyaris menjatuhkan air matanya kalau tidak ia segera mengusap matanya.

"Tenang dulu, oke? Kenapa bisa dikejar kakak kelas?"

Januar berjongkok, mau tak mau membuat Alden ikut berjongkok dihadapan Januar.

Biarlah SPG didepan sana menatap keduanya bingung atau malah waspada, tetapi Alden lebih mengkhawatirkan keadaan kembarannya.

"Tadi pagi, gue nggak lewat taman belakang, tapi koridor laborat. Maksud gue biar cepet sampai di tangga dan biar gue nggak takut - takut amat"

Alden mengangguk, mengerti kemana Januar bercerita.

"Terus?"

"Disana malah ada gerombolan kakak kelas.."

Januar melongokkan kepalanya pada sekitarnya, lalu mendekatkan diri pada Ale "Lagi tukeran sesuatu, kotaknya rokok. Tapi gue nggak yakin isinya rokok karena mereka bener - bener ngejar gue sampai keluar sekolah" bisiknya kecil.

"Terus?"

"Mereka masih ngejar gue, cuma satu orang. Karena sekarang udah jam balik sekolah, gue berani yakin mereka bakal kumpul dan nyari gue. Kalo kata Aceng, ada kemungkinan mereka nungguin gue di titik tertentu"

"Aceng siapa?"

"Basis angkatan gue"

"Lo temenan sama anak basis?!" Pekik Alden terkejut. Ia menatap adiknya tak percaya.

AbimanyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang