21. Anak Remaja

68 12 2
                                    

Anak Remaja


---

Melewati Juanda yang sudah menginjak usia dewasa dengan tanggung jawab yang berbeda pula, disamping itu ada dua anak yang sedang dalam masa remaja.

Salah satunya adalah Januar, remaja usia tujuh belas tahun itu sedang dalam masanya. Masa remaja yang membuatnya terombang - ambing di tengah bahtera pendewasaan.

Januar bukan anak cupu seperti bungsu pada kebanyakan novel yang Alden ceritakan padanya. Bukan pula anak rajin seperti kakak - kakaknya. Maksudnya sebagian kakaknya.

Januar adalah Januar, yang sedang mencari jati diri dalam kebisingan yang ia perbuat. Pendiriannya yang teguh kali ini mewarisi gen ibu dan kakak - kakaknya, kecuali Nanda. Kakaknya itu suka sekali plin - plan.

Jadi dalam masa remajanya ini, ia berinisiatif untuk mencari hal baru yang belum pernah ia lakukan di tingkat sekolah sebelumnya.

Menginjak SMA, Januar betulan bertekat untuk merubah dirinya menjadi yang lain. Tak apa, yang penting ia tau siapa dia sebenarnya.

Memang siapa Januar yang sebenarnya?

Januar Pradibta Abimanyu, si cowok yang malu - malu kucing kalau sedang melewati ibu - ibu arisan yang berkumpul di rumahnya, si cowok yang selalu mengintili Alden kemanapun ia pergi dengan kedok akan menjaga kakak kembarnya itu, yang padahal justru Alden yang menjaga Januar. Dia juga si bungsu yang dimanja oleh kakak - kakaknya dan si Januar yang cinta damai.

Orang melihat penampilannya akan langsung tertipu.

Sumpah.

Wajah lucunya itu berubah menjadi wajah tengil ketika keluar dari gang sebelah sekolah.

Baju rapihnya juga berubah menjadi urakan ketika sampai di gang sebelah sekolah.

"Nggak capek apa? Tobat kek"

"Nggik cipik ipi? Tibit kik" cibir Januar yang sibuk membuka kancing seragamnya dengan santai, memperlihatkan kaos hitam polosnya.

"Lo tuh Le harusnya sekali - kali begini. Biar masa sekolah lo nggak lempeng - lempeng banget"

Dasinya ia masukkan ke dalam tas tanpa membuka simpulnya, lalu memakai kalung rantai sebagai gantinya. Rambut rapihnya ia sugarkan brutal lalu merapihkannya dengan jemari tangannya.

Dengan bermodalkan layar hitam ponselnya ia mengamati pantulan wajahnya dan menjetikkan tangannya ketika semuanya sudah sesuai dengan keinginannya.

"Yuk, Le"

Januar lantas merangkul kakak kembarnya, membuat Alden yang sudah berseragam rapih tenggelam karena tinggi mereka yang cukup berselisih.

Bisik - bisik tetangga mulai berdatangan, biasalah.

Kesalahpahaman yang tak sengaja dibuat semenjak mereka masuk ke sekolahan ini adalah Januar yang katanya menjadikan Alden sebagai babunya.

Padahal mereka kembar tak seiras.

Intinya, mereka banyak mengira bahwa Alden itu bahan rundungan Januar karena melihat tampang Januar yang bringas dan tampang Alden yang seperti tertekan ketika disamping Januar.

Padahal jika di crosscheck, justru Januar yang menjadi bahan bullyan Alden. Dan Januar yang tertekan menjadi adik kembar Alden.

Itulah bun pentingnya pembelajaran bahwa menilai sesuatu dari sampulnya adalah kegiatan tidak terpuji.

AbimanyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang