15. Perihal Kecewa dan Damai

79 9 0
                                    

Perihal Kecewa dan Damai



▫▫▫


Juanda mengedarkan netranya ke segala penjuru halaman tempat ibunya berbaring saat ini. Taman menjadi destinasinya ketika bukan jadwalnya untuk menjaga ibu.

Sesuai kesepakatan, masing - masing dari mereka akan mengunjungi ibu sekali di weekdays dan sekali di weekend.

Dan lelaki itu datang nyaris setiap hari hanya untuk menunggui ibunya di taman rumah sakit.

Juanda tetaplah Juanda. Anak sulung selain Kala, meskipun predikat anak sulung selalu di sematkan pada Kala tapi tak menutup fakta bahwa Ibu akan selalu melibatkan keduanya dalam urusan orang dewasa. Dalam artian ia juga anak sulung yang harus menopang segala perkara rumah.

Ketika Kala berat, ia juga berat. Mereka sama, maka dari itu ucapan ibunya tempo hari lalu mengubah pandangannya.

'Udah ya marahnya sama Kala, udah terlalu lama. Kamu percaya kan segalanya terjadi karena sebab tertentu? Kala pulang kemari, Kala lebih memilih berbohong, Kala memutuskan sesuatu hal pasti ada alasannya. Bukan salah Kala, karena Ibu yang memaksa. Kecewamu sudah cukup, nak. Kecewa kalian kemarin sudah cukup menghancurkan Kala. Jangan di tambah lagi, Kala hanya manusia biasa. Berdamai dengan segalanya, perlahan, dimulai dari kamu sendiri. Ibu yakin kamu mengerti. Kala tidak jauh seperti Ibu yang mati - matian kalian lindungi"

'Berdamai nak'

Malam itu ditutup dengan air mata Ibu yang memintnya untuk berdamai. Berdamai dengan kekecewaan yang sejak dulu menggerogoti dirinya. Membuatnya merenung hingga fajar menjemput.

Bisakah?

Kecewanya terlampau jauh. Bukan hanya persoalan Kala yang lebih memilih menyembunyikan perceraian orang tuanya dulu, mengenai Kala yang setelah mengikuti Ayah pergi layaknya seperti tertelan bumi. Hilang, tak ada kabar. Nomornya aktif, tetapi tak jua mengangkat panggilannya sekalipun keadaan rumah kacau karenanya.

Alden dan Januar jatuh sakit, demam berdarah tak lupa dengan igauan mereka yang memanggil Kala. Ibunya jatuh demam setelahnya lalu tak hanya sampai disitu, usaha Ibu yang dirintis sejak dulu gulung tikar.

Mereka kacau saat itu. Juanda baru saja menyapa delapan belas dan Askala pun baru tujuh belas. Dan mereka dipaksa untuk mengerti keadaan, mengalah untuk adik - adiknya, juga berjuang untuk keadaan keluarga mereka bersama sang ibu.

Lalu setelah semuanya kembali baik - baik saja, Kala datang kembali membawa luka lama memutuskan untuk tetap hidup bersama ibu tanpa meminta apapun, karena ia pun datang membawa berkas berharga tempatnya ia melamar pekerjaan.

Saat itu usia Juanda dan Kala dua puluh satu tahun. Artinya gadis itu menghilang tiga tahun lamanya tanpa memberi kabar.

Juanda tau ibu khawatir dan sedikit kecewa saat Kala tak kunjung menyapanya hampir selama tiga tahun. Bahkan pertanyaan 'Kala lagi apa ya, Bang?' Tak pernah absen dari mulut ibu setiap mereka bersantai bersama. Tetapi entah mantra apa yang dibisikan oleh Kala sampai Ibu menangis sesegukkan bersama Kala di sepertiga malam lalu mengizinkan anak gadisnya itu tinggal disana sampai kapanpun.

Kata ibu di sepertiga malam itu 'Selamat datang di rumah, sayang. Selamat merasakan kehangatan kembali'

Lalu segalanya berjalan sesuai alurnya. Adik - adiknya tak terima dengan keputusan ibu, tetapi juga tak berani membantah.

Dan dalam diam semuanya memeluk topengnya masing - masing. Bersikap baik - baik saja dihadapan ibu lalu sebaliknya ketika ibu tak ada. Ibu tak menegur, kira mereka ibu tak sadar mengenai tingkah mereka selama ini. Tetapi percakapan ibu sore itu membuat Juanda mengerti. Ibu mengerti segala yang terjadi di sekitarnya tetapi memilih diam tanpa alasan yang diketahui Juanda dan lainnya.

'Ibu cuma bisa andalkan kamu. Berdamai, beri contoh baik untuk adik - adikmu. Mereka tak hanya menatapmu tetapi menirukanmu. Ibu mengerti semuanya butuh waktu, tapi tak mau mengerti jika seiring berjalannya waktu anak - anak ibu memiliki sifat pendendam seperti sekarang'

Lalu sebuah penyataan menamparnya malam itu.

"Perihal usia manusia tak ada yang tau, seperti ibu yang rasanya kematian seperti sejengkal dengan ibu atau seperti mereka yang tak mengindahkan kematian seakan kematian tak pernah selalu mendampinginya. Sejak kalian hadir, ibu tak pernah merasakan kematian sedekat ini bahkan ketika kalian lahir. Jadi jika diizinkan, boleh ibu minta sesuatu dari anak - anak ibu? Jadi anak yang baik, satukan yang sudah terputus, dekatkan yang merenggang, rengkuh yang menetap. Hubungan horizontal tak akan sempurna tanpa jalinan vertikal, maka jangan ditinggal. Jika suatu saat nanti ada yang pergi harus segera diikhlaskan. Jadi anak baik ya, nak'

Tak hanya kalimat yang Juanda dapat tetapi tujuh kertas dengan kalimat sama yang juga ia dapatkan. Tak perlu ditanya karena saat itu ibu langsung terlelap karena kelelahan usai kemoterapi siang itu. Ia mengerti bahwa tujuh kertas itu masing - masing untuk saudara - saudarinya.

Ia berniat malam ini akan menyerahkan amanah besar yang ada dalam genggamannya, berharap mereka mampu menjalankan dengan baik meskipun harus terseok tak rela.








🌻🌻🌻





Maafkan aku yang lama update ya kawaaan..

Gimana sama cerita ini? Boring nggak sih buat kalian?




Gimana sama cerita ini? Boring nggak sih buat kalian?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nitip hasil karya ya tsaay..
Ada bapak huang renjun yang kemarin habis aku coret - coret



AbimanyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang