06. Sepatu

122 16 0
                                    

Sepatu


----



"Ibuu.. Sepatu Ale manaaa.."

"Kemarin kan udah ibu suruh siapin, dek"

"Udah Ale siapin kok"

"Tapi sekarang kebingungan sendiri"

Ibu menatap anaknya itu dengan raut meledek, Alden sudah memajukan bibirnya di ambang ruang keluarga. Sepatu yang semalam sudah ia siapkan di meja belajarnya mendadak lenyap pagi ini. Padahal rencananya ia akan mengenakan jersey dan sepatunya saat keluar kamar nanti biar keren.

Tetapi gagal.

"Mau dipakai atau dibawa?"

"Dipakai sekarang"

"Turnamennya kan nanti siang, biar apa lo pake sekarang?" Cibir Haikal yang sibuk mengemili kripik singkong di sofa ruang keluarga.

"Biar keren lah"

"Biar mambu*. Itu baru bener" Haikal terbahak mendengar timpalan Januar yang baru bergabung dengannya. Alden sudah akan mengejar kembarannya andai saja suara ibunya tidak menginterupsinya.

Mambu = bau

"Di lemari sepatu"

"Ibu yang pindah?"

Ibu mengangguk, membuat Alden segara berlari menuju bagian bawah tangga rumah mereka. Ibu emang sengaja membuat area kosong disana dijadikan bilik tertutup tempat sepatu anak - anaknya. Tentu saja tiap anak memiliki tempatnya masing - masing. Kecuali Januar yang memiliki banyak stok sepatu yang mengharuskannya menumpang di tempat yang lainnya.

Sesuai ucapan, setelah menyalakan saklar Alden segera menggeledah rak sepatu miliknya, tetapi nihil. Air Jordan putih miliknya tidak nampak batang moncongnya sama sekali.

"Ibu kok nggak adaaaaa" teriaknya mengadu.

"Ibu taruh di dalam kerdusnya, Le. Carinya pakai mata sama tangan ya, nggak usah pakai mulut"

Alden mendesis kecil, tak berani keras karena terlampau takut pada omelan ibunya. Matanya harus bekerja ekstra untuk mengorek kardus yang dimaksud ibu diantara kardus merk lainnya. Tangannya segera menarik incarannya tanpa menghiraukan kardus kosong yang berserakan karena tak diangkat.

"KALO NGAMBIL DIANGKAT JANGAN DI TARIK"

Alden meringis mendengar teriakan ibu tetapi tetap memilih acuh dan beranjak dari sana menuju kedua saudaranya duduk. Langkahnya terhenti ketika netranya menangkap isi dari kardus ditangannya bukanlah sepatu yang ia cari.

Bukan sepatu putih andalannya, tetapi sepatu berwarna abu yang menjadi incarannya. Matanya membelak, dengan brutal ia mengambil isinya lalu melemparkan kardusnya sembarang.

"WHAT?!"

"Heh apa sih?!" Teriak Januar yang terkejut mendengar pekikan Alden.

Januar dan Haikal baru saja ingin menyerocos andai saja mata mereka tak tertarik dengan barang mahal yang berada di tangan Alden.

Oh, jangan dikira mereka tidak tau apa itu. Sepatu yang sejak bulan lalu selalu Alden elu - elukan ada di raknya setelah turnamen selesai.

"ANJIR! DIBELIIN IBU?!" Pekik Januar langsung mendekati Alden. Matanya berbinar menatap saudara kembarnya.

"Barang mahal tuh, lumayan buat di lelang" celetuk Haikal tak mau kalah dengan Januar, lehernya sudah memanjang mendekati sepatu di tangan Alden.

"Tapi emangnya buat lo, Le?" Lanjut Haikal.

"ENAK AJA! YAIYALAH" sentak Alden manatap sinis kakaknya. Setelahnya ia berlari menghampiri Ibu di area belakang rumah mereka.

"Ini buat Ale bu?"

Ibu mengangguk di tengah kegiatannya menjemur, kepalanya sempat menengok pada kehadiran Ale yang tak melunturkan senyumnya sejak tadi. Tak lupa juga Januar dan Haikal yang melongokkan kepala mereka di pintu kaca.

"Ibu yang beliin?"

Tangan wanita paruh baya itu berhenti saat menggantungkan pakaian lembabnya di pipa alumunium. Teringat janjinya pada putri sulungnya.

'Ini sebagai permintaan maaf secara tersirat. Jadi jangan kasih tau kalo ini dari Kakak'

"Dari Tuhan yang dengar doanya Ale. Kamu berdoa nggak waktu kepengen itu?" Ibu kembali melanjutkan kegiatannya, menghiraukan Alden yang dilanda canggung karena pertanyaan yang beliau lontarkan.

Remaja itu menggeleng malu, menyebabkan kikikan meluncur bebas dari mulut dua saudaranya dibelakangnya.

"Berarti karena ucapan kamu diaminin sama malaikat. Nggak lupa kan kalau ucapan adalah doa?"

Alden mengangguk "Makasih ya, Bu. Nanti siang harus liat Ale main pakai sepatu ini secara perdana" ucapnya sembari memeluk Ibu dengan erat.

"Idih peluk - peluk" cibir Haikal menyembulkan seluruh tubuhnya dari balik saka bangunan lalu kemudiam ikut memeluk Ibu.

"Idih ikut - ikut" cibir Ale balik.

Januar yang tak mau kalah pun demikian, memeluk erat ibu dari arah belakang dengan bisikan kalimat lembut untuk sang pujaannya.

"Janu juga mau dong, bu"








🌻🌻🌻


Air Force  1 Mid all White dari Nike Dibeliin Ibu hadiah ulang tahun Alden tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Air Force  1 Mid all White dari Nike
Dibeliin Ibu hadiah ulang tahun Alden tahun lalu









Curry 1 RFLCT Basketball Shoes (Under Armour)Hadiah cuma - cuma buat Alden dari KakakMehong cyinn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Curry 1 RFLCT Basketball Shoes (Under Armour)
Hadiah cuma - cuma buat Alden dari Kakak
Mehong cyinn..

AbimanyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang