09. Kecewa Terdahulu

107 12 7
                                    

Kecewa Terdahuluー

Pergilah sedih
Pergilah resah
Jauhkan lah aku
Dari salah prasangka

Pergilah gundah
Jauhkan resah
Lihat segalanya lebih dekat
Dan kubisa menilai lebih bijaksana

Sherina - Lihatlah Lebih Dekat

▫▫▫

Flashback waktu Juanda dan Sandekala 18 tahun dulu ya (Kelas 12 SMA)






"Kamu mau ikut Ayah atau Ibu?"


Remaja yang baru saja melegalkan usianya tahun lalu itu hanya bisa termenung dalam duduknya. Ia tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan menyakitkan di hari usianya yang ke delapan belas tahun.

Maksudnya, diantara tujuh bersaudara Abimanyu, baru Juanda, Sandekala dan Askala saja yang menginjak usia legalnya. Dan ia sedikit terbebani dengan hal tersebut. Bagaimanapun keempat adiknya yang lain masih membutuhkan sosok orang tua lengkap hingga mereka minimal seusia Askala.

Tapi apa ini? Pertanyaan itu tidak mengacu pada perpisahan yang sesungguhnya kan?

"Kamu mau ikut siapa?" Tanya ayahnya kembali. Ibunya hanya bisa terdiam di sofa samping Kala.

"Aku nggak pernah kepikiran bakalan dapet pertanyaan seperti itu selama aku hidup" Kala menunduk, mengamati sandal dengan pom - pom diatasnya.

"Kenapa juga harus aku yang diberi pilihan?" Gumamnya, ia tak ingin pergi, tentu saja, dimana saudara - saudaranya berada maka disanalah rumahnya.

Lagipula mengapa ia mendapat efek berat dari perpisahan kedua orang tuanya?

Mereka yang berpisah, kenapa justru yang dirinya yang sakit?

"Kamu udah tau keadaan kami yang sebenarnya kan sejak lama kan? Lagipula kamu sudah dewasa, memilih bukan suatu hal yang sulit lagi kan?"

"Memilih bukan sesuatu hal yang sulit?" Tanya Kala tak percaya, ayahnya itu benar - benar.

"Demi Tuhan, sampai umurku matang pun pilihan itu adalah hal paling sulit untuk dipilih"

"Memangnya kenapa Kala harus memilih diantara kalian?"

Ketiganya menengok pada versi lelaki Kala yang tiba - tiba muncul di ambang pintu kerja ayah. Mereka nampak panik --kecuali Kala. Tentu saja, gadis itu justru dilanda kehampaan memikirkan pertanyaan ayahnya.

Jadi, keluarganya akan hancur ya? Atau memang sudah hancur sejak dulu.

"Kenapa yah?" cerca lelaki tadi, tubuhnya yang berbalut seragam putih abu - abu mulai mendekati ketiganya meminta penjelasan.

"Bu, kenapa?"

Nihil, mereka justru diam seribu bahasa. Harapannya satu, Kala, gadia itu bisa menjelaskan apa yang terjadi.

"Kala"

"Tanya mereka!" sentak Kala. Matanya sudah berlinang air mata, siap meluruh dalam sekali kedip. Membuat sang saudara kalut setengah mati. Kala tidak secengeng itu.

"Kamu kenapa, Kal?"

"INI KENAPA SEBENERNYA?!"

"Juanda.." panggil sang ibu menarik lengan putra sulungnya untuk duduk disampingnya guna meredakan emosi yang seperti tengah berkobar dalam benak Juanda. Juanda and his bad temper.

AbimanyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang