Bab 12

77 7 2
                                    

Agam membangunkan Dira. Dira membuka matanya menatap Agam. Mereka masih menikmati masa liburnya setelah menikah. Sejak pernikahannya kemarin, mereka menginap di rumah orang tua Dira, nanti malam mereka akan menginap di rumah orang tua Agam. Setelah itu mereka akan tinggal di rumah yang sudah Agam beli.

"Ustadz, Dira masih mengantuk," ucap Dira sambil memeluk guling.

"Ini sudah adzan Subuh, sayang. Ayo sholat."

"Lima menit lagi."

Agam pun meninggalkan Dira ke toilet untuk mengambil wudhu terlebih dahulu. Terlihat Dira yang bersandar di kepala ranjang dengan mata yang tertutup. "Sayang, bangun."

"Iya." Dira membuka matanya kemudian pergi ke toilet. Agam terkekeh melihat wajah kantuk Dira.

Dira menggunakan mukenanya kemudian menatap Agam. "Aku sudah siap, ustadz."

"rapihkan rambut mu." Dira pergi ke depan cermin kemudian merapihkan rambutnya yang masih terlihat.

Mereka sholat berjamaah di kamar. Sungguh indah ayat Al-Qur'an yang dilantunkan oleh Agam. Setelah mereka sholat, Agam memilih untuk membaca Al-Qur'an. Sedangkan Dira duduk diam di belakang Agam mendengarkan suara Agam.

Tok tok tok
Dira berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang mengetuk pintu. Ternyata mamanya yang mengetuk pintu kamarnya.

"Kenapa ma?" tanya Dira.

"Bantu mama masak."

"Dira ngantuk ma, mau tidur lagi," rengek Dira.

"Masak untuk suami mu."

Dira menghela nafasnya kemudian melepas dan melipat mukena yang dia gunakan. Agam yang sudah selesai membaca Al-Qur'an menoleh ke arah Dira.

"Tidak baik cemberut seperti itu. Nanti masakannya tidak enak," ucap Agam melipat sajadah.

"Wajar saja jika tidak enak, kan memang aku tidak bisa memasak."

Agam mengusap rambut Dira. "Justru itu, belajar sama mama."

"Terus ustadz mau tidur lagi?" tanya Dira.

"Tidak. Aku akan membantu mu masak."

Agam menghela nafasnya ketika Dira meninggalkannya ke dapur. Sikap Dira selalu berubah-ubah padahal kemarin dia masih baik-baik saja. Agam menyusul Dira ke dapur.

"Agam, ngapain turun?" tanya mama Dira.

"Agam mau bantu Dira, ma."

"Duh, pengantin baru tidak mau pisah. Ya sudah, sini bantu Dira sama mama."

Agam berdiri di samping Dira. Dira memotong wortel namun ketebalan sehingga Agam mengajari Dira. "Kamu potongnya segini aja."

"Ya sudah, ustadz lanjutkan."

"Kamu masih panggil Agam dengan sebutan ustadz?" Dira mengangguk sebagai jawaban. "Ganti. Panggil dengan sebutan mas Agam, kan terdengar lebih manis."

Dira menatap Agam yang menahan tawanya. "Mas Agam, kenapa nahan ketawa?"

Agam terkekeh. "Terima kasih ma sudah ingatin Dira."

"Sudah-sudah, lanjutkan potong-potong sayur sama ayamnya."

Dira mencuci ayam fillet kemudian Agam yang memotongnya. Sang mama mengajari Dira bumbu apa saja yang akan dimasukan untuk membuat capcai dan juga adonan ayam tepung.

"Sudah, nak Agam berbincang dengan papa saja. Ini sudah mama buatkan teh hanget. Biar Dira sama mama yang memasak." Mama Dira mengantarkan dua gelas teh hangat ke depan rumah karena papa Dira sedang membaca koran.

Ustadz, I'm in Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang