Setelah tiga hari di rumah orang tua Agam, Agam dan Dira bersiap untuk ke rumah Agam. Mereka berpamitan pada kedua orang tua Agam. Haru menyelimuti orang tua Agam karena kedua anaknya sudah memiliki rumah dan menjadi kepala rumah tangga.
"Kalian harus saling menjaga ya," ucap ibu Agam.
Agam dan Azzam mengangguk. "Agam akan jaga Dira dengan baik."
"Azzam akan jaga Keysha dengan baik."
"Sampai jumpa nanti malam ya di restoran yang sudah kita pesan," ucap ayah Agam.
Mereka masuk ke mobil dan mobil itu melaju ke rumah masing-masing. Rencananya malam nanti Agam dan Dira ingin belanja keperluan rumah sekalian berkumpul dengan keluarga Agam.
"Mas kamu jadi mau beli sofa?" tanya Dira.
"Jadi. Sekalian lihat meja rias buat kamu."
"Terima kasih mas."
Agam mengangguk. "Nanti langsung siap-siap ya, biar tidak telat datang makan malamnya."
"Siap kapten."
Sampai di rumah, Dira segera bersiap begitupun Agam. Yang belum ada di rumah Agam hanya sofa dan meja rias untuk Dira. Untuk peralatan lainnya sudah Agam beli sejak lama. Mereka juga akan membeli bahan makanan untuk sehari-hari.
Dira mandi terlebih dahulu sedangkan Agam menaruh barang bawaan mereka di kamar. Selesai dengan pakaiannya, Dira pun mulai merias wajahnya dengan riasan yang tipis. Tidak lupa menyiapkan pakaian yang ingin Agam pakai.
"Terima kasih sudah menyiapkan pakaian saya."
"Iya, mas Agam."
Agam merapihkan pucuk hijab yang dikenakan Dira. "Sayang, kalau bisa hijabnya menutupi dada, ya."
"Tapi aku lebih nyaman dan cocok seperti ini."
"Ya sudah, tidak apa. Sudah siap?" Dira mengangguk.
Agam memakai sepatunya begitupun dengan Dira. Mereka menyapa beberapa tetangga mereka yang sedang duduk di luar rumah. Tentu saja Agam memperkenalkan Dira pada mereka.
"Wah, ternyata aslinya lebih cantik daripada di televisi ya."
Beberapa hari lalu memang pernikahan Agam disoroti oleh media. Dira tersenyum menunduk. "Terima kasih. Ibu-ibu juga masyaAllah cantik sekali," puji Dira.
"Istri ustadz Agam bisa saja. Lalu berita yang tersebar itu tidak benar kan?"
Agam menggeleng. "Tidak benar sama sekali."
"Oh iya, sabtu malam kami mau makan bersama, kamu mau ikut?" tanya salah satu ibu-ibu.
Dira menatap Agam setelah Agam mengangguk, Dira pun mengiyakan ajakan ibu itu. Karena waktu semakin sore, mereka pamit pada tetangganya untuk segera ke tempat tujuan mereka.
"Dira, titip ponsel sama tas. Saya ingin ke toilet," ucap Agam sesampainya mereka di sebuah pusat perbelanjaan.
Ting!
Bina
Mas Agam, ku dengar dari nenek, kalian ada makan malam bersama. Bina datang.Dira mengerutkan dahinya melihat pesan dari Bina. Bibirnya mengerucut kesal melihat pesan itu. Saat Agam keluar, Dira memberikan ponsel dan tas Agam.
"Mas maaf aku baca pesan di ponsel itu."
"Dari siapa?"
"Bina. Apa dia akan ikut?" tanya Dira.
Agam menghela nafasnya kemudian membaca pesan Bina. Tangan Agam menggenggam tangan Dira. "Pasti nenek merencanakan sesuatu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz, I'm in Love With You
RomanceAnindira Syifani, mahasiswa magang yang meminta bantuan pada sang paman untuk bisa magang disuatu stasiun televisi karena ada pria yang dia sukai. Dira menyukai Azzam, seorang ustadz yang berceramah di stasiun televisi itu. Namun ternyata, Azzam ada...