Bab 8

68 6 0
                                    

Sejak saat itu, Agam tidak pernah bertemu dengan Dira. Tadinya Agam hanya diam saja dan berfikir jika Dira hanya izin saja. Namun dua minggu berlalu Agam benar-benar tidak melihat Dira.

Beberapa hari kemudian ada teman Keysha yang baru, dia menggantikan Dira. Gadis itu ditempatkan di studio Agam. Mereka berkenalan dengan gadis yang bernama Asya Sabrina.

"Assalamualaikum ustadz Agam," ucap Asya.

"Waalaikum salam. Hm, maaf, kamu baru di sini?" tanya Agam.

Asya mengangguk. "Saya Asya yang menggantikan Dira praktek di sini."

"Oh, pantas saja saya tidak pernah bertemu Dira lagi."

"Ustadz, saya salah satu penggemar ustadz. Saya suka sekali melihat ustadz berceramah di televisi. Mama saya titip salam untuk ustadz."

Agam tersenyum. "Wah, terima kasih ya. Sampaikan salam saya untuk mama kamu juga. Saya ke ruangan dulu ya. Semangat kerjanya, Asya."

"Iya ustadz, terima kasih semangatnya."

Sampai di ruangan, Agam membuka ponselnya dan mengirimkan pesan pada Dira. Bahkan sejak saat itu pikirannya selalu tentang gadis ini. Agam menghela nafasnya ketika pesannya masih saja hanya didiamkan oleh Dira. Agam belum bisa tenang karena Dira belum memaafkannya.

"Keysha," panggil Agam saat melihat Keysha baru saja berbincang dengan Rena.

"Iya?" Keysha menghampiri Agam.

"Dira kamu undang ke pernikahan kamu kan?" tanya Agam.

Keysha mengangguk. "Pasti ustadz. Memangnya kenapa?"

"Saya hanya bertanya saja."

"Ustadz Agam sebenarnya menyukai Dira atau tidak? Beberapa hari lalu Dira cerita sama Keysha. Jika memang ustadz tidak menyukai Dira, bukankah lebih baik jika ustadz tidak menghubunginya lagi."

Agam terdiam mendengar pertanyaan itu. "Saya sendiri tidak mengerti perasaan saya. Yang pasti saya selalu memikirkannya. Tapi, rasanya saya tidak bisa bersama dengan Dira karena nenek sudah menjodohkan saya."

"Lebih baik ustadz memberikan Dira waktu untuk menenangkan hatinya. Keysha permisi dulu."

Keysha meninggalkan Agam. Calon iparnya ini memang sangat cuek dan tertutup. Berbeda jauh dengan Azzam, calon suaminya, yang terbuka dan ramah.

***

"Dira, tolong bawa ini ya ke studio lima."

Dira mengerutkan dahinya. "Sebanyak ini?" tanya Dira yang terkejut melihat properti yang cukup banyak.

"Iya." Kemudian pergi begitu saja meninggalkan Dira.

Seorang pria menghampiri Dira. "Biar aku bantu." Dira mendongak melihat siapa yang datang.

"Eh, bang Niko. Terima kasih ya. Maaf Dira ngerepotin."

"Santai saja." Niko mengangkat beberapa properti ke troli khusus properti kemudian mendorongnya.

"Benarkan hijab mu, rambut mu terlihat."

Tangan Dira merapihkan rambutnya kemudian membenarkan hijabnya. "Sudah rapih?" tanya Dira.

"Sudah cantik."

"Aku tahu itu," ucap Dira terkekeh.

Setelah mereka sampai di studio itu, Niko dan Dira segera merapihkan properti itu. Dira dan Niko memang cukup dekat karena Niko adalah anak dari teman papa Dira. Bagi Dira, Niko seperti kakak kandungnya, begitupun Niko yang menganggap Dira sebagai adiknya.

Ustadz, I'm in Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang