Naruto tidak tau berapa lama perjalanannya, ia sudah terlalu lelah untuk sekedar membuka mata, kepalanya pusing dan badannya terasa tak memiliki gravitasi, masih terbayang gerakan kecil pesawat ketika berbelok ataupun ketika menabrak awan.
"Naruto bangun, ayo keluar." Naruto yang tidur setengah terjaga itu sedikit membuka mata, melihat bahwa hari sepertinya sudah beranjak siang. Dengan badan lemas, ia memaksakan diri keluar dari mobil dan mengalungkan tas kameranya, ia bergerak ke arah bagasi lalu menggendong ransel dan mengeluarkan ketiga koper mereka.
"Biar aku yang membawa dua koper lainnya." Ucap Sasuke setelah membayar uang taksi, Naruto mengangguk setuju lalu menajamkan pandangannya, ternyata lokasi apartemen Sasuke ada di dataran tinggi, jalanan yang dilewatinya adalah jalan berkelok dengan gang kecil dikanan kirinya, suasana disini jauh dari kata ramai, bahkan ada hutan kecil disekitar kepala pegunungan, cukup mengejutkan bisa menemukan lokasi senyaman ini ditengah kota. Naruto merasa masuk ke perumahan tenang di anime atau drama negeri gingseng yang sedang populer.
"Distrik ini milik perusahaan ayahku, jadi hanya orang-orang yang ingin merasa tenang saja yang dapat menyewanya." Ucapan Sasuke seakan menjadi jawaban pikiran Naruto.
"Apa fasilitas disini juga lengkap?" Tanya Naruto sembari menyeret kopernya ke halaman apartemen. Bangunan ini dikelilingi pagar hitam tinggi dan keadaan didalam mirip villanya yang hijau. Tidak terasa seperti apartemen biasanya.
"Fasilitas rumah sakit, apotek, minimarket, taman bermain, bar, semua ada dan lengkap. Hanya saja lokasi mereka dibawah, jika kamu ingin beli sesuatu, kamu bisa berjalan ke bawah. Tidak perlu takut, keamanan disini sangat tinggi." Sasuke masuk ke hall room dan meminta kunci apartemen yang berupa card berwarna hitam.
"Aku ingin meminta kunci cadangan juga." Petugas perempuan yang berjaga mengamati Naruto lalu mengangguk, dan menyerahkan card lain yang serupa dengan nomor 156 di ujungnya.
"Ayo." Naruto mengangguk dan mengekori Sasuke dibelakang, mereka masuk ke dalam lift menuju lantai tiga.
Mereka keluar dan melewati beberapa kamar sebelum menemukan pintu yang memiliki angka berwarna emas yang serupa kartu kunci, terlihat elegan dengan pintu yang berwarna coklat tua.
Sasuke menggesekan kartunya dan mereka masuk. Naruto berganti dari sepatu ke sandal rumah.
Ruangan Sasuke sama dengan apartemen biasa, pengaturan ruangan juga sama. Dapur dan ruang tamu yang tak bersekat, lalu ada tiga kamar disana dan balkon kecil diluar. Terlihat minimalis dan elegan dengan tembok berwarna abu-abu.
Sasuke membuka kamar yang berada ditengah lalu kepala Naruto menyembul dari balik pintu. Dari pencahayaan hingga betapa polosnya ruangan itu, ia yakin jika ini adalah kamar Sasuke.
"Kamarku dimana?" Tanya Naruto, ia ingin segera memberesi pakaian didalam koper, mandi lalu tidur, ah ... rencana yang sempurna.
"Kamu tidak melihat? Ini kamarmu."
Naruto mengernyit tak mengerti.
"Kamarku?"
"Tidak, lebih tepatnya kamar kita."
"Kamar kita??!" Naruto sedikit menaikkan nadanya. Ia menatap mata Sasuke.
"Kita tidak tidur terpisah?"
Sasuke menggeleng.
"Kamar yang disebelah kirimu adalah ruang kerjaku, dan disebelah kananmu adalah kamar tamu."
"Aku tidak apa-apa menempati kamar tamu."
"Lalu jika Ayah tiba-tiba datang dan menginap, bagaimana kamu akan menjelaskan padanya kalau kita selama ini tidak satu kamar? Ingat, kita menikah untuk keuntungan satu sama lain, dan kita harus bersandiwara sedemikian rupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME [SASUNARU]
Random[Tamat-Non revisi] Mereka dua insan yang tidak pernah bertemu sebelumnya, memiliki pandangan tentang hubungan yang bertolak belakang namun, terikat dalam sebuah pernikahan. Siapa yang memiliki jawaban tentang kehidupan dua orang ini? Disclaimer: Mas...