37 - Back to Zero

1.8K 230 24
                                    

Dunia tak perlu waktu untuk berhenti di tempat terakhirnya, begitu juga dengan sebuah hubungan, hanya takdir yang bisa begitu kuat menyatukan mereka, namun takdir juga yang dengan kejam memisahkannya.

Sasuke tau dirinya begitu egois, dia sadar, pernikahannya dengan Naruto tak lagi sehat, dia ingin berhenti di satu titik, namun bisikan keinginan selalu mengalir di telinganya, memberikan getaran sampai di dalam hatinya, suatu hari, dimana waktu akan berhenti untuknya, ketika musim semi terakhir menjatuhkan satu kelopak bunga lilly, semuanya akan terlihat jelas, semua dosa dan kesalahannya dalam menjatuhkan keputusan.

"Apa kamu lapar?" tanya Naruto, mereka malam ini menginap di sebuah motel kecil disamping pantai, deburan ombak dan dinginnya angin laut, masih terasa sampai sini.

Sasuke menggeleng.

"Pesan saja kalau lapar, aku mau tidur." Sasuke menguap dan berbaring dengan nyaman di kasurnya, Naruto memgangguk dan memakai jaketnya, lalu turun ke lantai satu, disana ia memesan makanan untuk diantar ke kamar.

Naruto kembali menuju lantai dua, lantai disini hanya beralas kayu, jadi agak berisik saat berjalan melewatinya, seakan derit panjang yang diciptakan kayu itu, adalah angka yang menghitung hidupnya.

Naruto menyentuh daun pintu, ia belum sempat memutarnya, saat ada suara berisik dari dalam, ia menempelkan telinganya di pintu, berharap akan mendengarkan ada apa disana, dan ia hanya mendengar suara samar-samar Sasuke sedang berkelahi dengan seseorang, itu bukan debat lagi, karena kemarahan itu sangat kuat. Dinding di motel ini sangat baik dalam meredam suara, namun tidak sepenuhnya berfungsi baik, Naruto terkejut saat ada barang pecah dari dalam sana.

Ia buru-buru memutar gagang pintu, namun terkunci dari dalam, terpaksa Naruto menendangnya, perlu dua kali ia melakukannya, sampai pintu terbuka, Naruto masuk ke dalam hanya untuk melihat kekacauan, kursi terbalik dan kaca yang pecah karena terkena sesuatu. Naruto bergegas ke arah Sasuke yang duduk di tepi ranjang, memunggunginya.

"Sasuke–"

Kata-kata Naruto terhenti saat ada kepalan tangan melayang ke arahnya, pukulan itu bagus, dan membuatnya hampir jatuh, ia merasakan sakit dan kesemutan di area pipinya, saat ia merasakan, ada rasa asin dan karat di mulutnya.

"Sial," Naruto berbisik lalu melancarkan serangan balasan, ia balik memukul Sasuke dengan kencang, mereka berkelahi sampai suaranya sampai di luar, para pelayan tak berani untuk mengintip, mereka hanya berharap, fasilitas motel tidak digunakan sebagai alat tambahan saat saling pukul.

"Apa yang membuatmu gila?" pekik Naruto saat ia mengirimkan pukulan bertubi-tubi di wajah Sasuke, sekarang wajah halus yang selalu disertai kedinginan itu, berbecak darah dan kuyu. Sasuke tak membalas pukulan Naruto, ia hanya sesekali mengelak dan memberikan teknik kuncian, mereka tak menyangka, keahlian bertarung keduanya bisa digunakan dengan imbang.

Perkelahian itu berakhir sesaat kemudian, Sasuke tergeletak di lantai, dan Naruto berdiri di depan almari, mencari sesuatu.

"Usap wajahmu," Naruto kembali dan melemparkan handuk ke wajah Sasuke, lalu duduk di tepi ranjang untuk melihat dirinya sendiri.

Sasuke duduk dan mengusap dengan pelan, area wajahnya membiru dan berdarah.

"Ada apa denganmu?" tanya Naruto,Sasuke masih enggan bertatapan dengannya.

Naruto menghela nafas dan turun ke bawah untuk mendapatkan es.

"Maaf, apakah di atas baik-baik saja?" tanya seorang pelayan setengah baya, ia khawatir setelah Naruto turun dengan wajah tak terkatakan.

Naruto meraba saku jaketnya dan mengeluarkan dompetnya, ia menyerahkan sepotong kartu.

"Ambil ini sebagai jaminan, aku akan membayar sesuai tagihan setelah kalian melihat kondisi kamarnya, itu agak buruk, jadi hitung dengan hati-hati biaya kerugiannya," Naruto mengembalikan dompet ke dalam saku, dan tersenyum tipis, "sekarang, aku bisa mendapatkan es ku?"

Perjalanan yang Naruto kira akan indah, berakhir kacau seperti ini. Sampai mereka di apartemen, tak ada satu kata yang keluar dari mulut Sasuke, sekuat apapun Naruto ingin mengalihkan perhatiannya, lelaki itu langsung mengurung diri di ruang kerjanya, mereka kembali ke titik nol, dimana dunia keduanya tak pernah tercampur, kehidupan mereka tak pernah dijalani bersama.

Naruto duduk sendirian di kamarnya,  ini sudah usaha kesekian kalinya untuk membuat Sasuke keluar dari ruangannya, ia tak akan memaksa jika Sasuke enggan menjelasakan, tapi di hari ketiga ini, lelaki itu benar-benar tak terlihat, ia khawatir pada kesehatan Sasuke.

Naruto mengambil ponselnya dan mencoba memberi pesan kepada Eugene.

To: Eugene

Kita perlu bertemu.

"Jadi kalian bertengkar?" tanya Eugene setelah mendengar Naruto bercerita panjang lebar tentang perkelahiannya.

"Aku tidak tau sumbu mana yang menyulut kemarahannya, dia sangat menggila waktu itu," jawab Naruto, ia memainkan gelas berisi sakenya.

"Tapi apa yang kalian lakukan di motel berdua?" tanya Eugene kemudian.

"Oh, bisakah kita tidak melenceng? Apakah Sasuke memiliki masa lalu yang gelap?" Naruto mengalihkan pembicaraannya.

"Mou ..." Eugene mengusap dahinya dan melirik Naruto yang mengangkat kedua alisnya, "begini," Eugene menautkan jari-jarinya dengan sikap bisnis.

"Setiap orang punya masa lalu, termasuk Sasuke yang terlihat seperti manusia es itu, kamu percaya kan?"

Naruto mengangguk.

"Aku tidak terlalu mengerti seperti apa hubungan mereka, tapi saat kami berkenalan untuk pertama kalinya, Sasuke memang sedang dalam hubungan rumit dengan pacarnya, mereka sering bertengkar di telepon, dan berakhir Sasuke memecahkan barang-barang," jelas Eugene.

"Apa kamu tau siapa dia?" tanya Naruto, dan Eugene menggeleng.

"Aku tidak tau, Sasuke juga tak pernah membahas pacarnya, aku tidak punya informasi apa-apa tentang masa lalunya ini."

Naruto menghela nafas tertahan, ia menebak jika Sasuke kemungkinan bertemu dengan mantan pacarnya, dan mereka berada di musim semi kedua, namun untuk apa mempertahankan hubungan yang dilandasi ketidakpercayaan itu?

Disebuah ruangan redup, dua orang tengah duduk berhadapan, satu memegang foto Naruto, dan lainnya menunduk patuh seperti hewan peliharaan.

"Rencanaku berjalan lancar, Sasuke dan Naruto sekarang dalam masa kritis, mereka tak mungkin bisa memperbaiki semua ini, keduanya tak pernah saling mengenal, dan Sasuke diselimuti dengan bayangan kelam," Shawn berdiri dan berjalan di belakang pria yang satunya, ia tiba-tiba menjambak rambut lelaki yang duduk itu, hingga mendongak.

"Dengarkan, waktu untukmu tampil akan segera datang, aku menginginkan Naruto menjauh dari Sasuke. Ingat, Sasuke yang menghancurkan sebuah keluarga yang hidup sederhana. Jika kamu gagal, tanganku bisa menyeretmu menuju neraka." ia melepaskan jarinya yang menggengam rambut itu, lalu merapikannya dengan hati-hati, sikapnya berubah tajam.

"Kesempatan emas ini jangan sampai terlewat, hidupmu terkait dengan hidupku, darahmu adalah darahku, kita terikat jelas, jadi jangan menghancurkan rencanaku."






Yo, Lunarica here!

Hehe, berapa lama ngga muncul nih Luna? Sampai bersarang WP ini, Lun udah jelasin di pemberitahuan penyebab Lun ngga muncul, sekali lagi, semoga kalian mengerti karena ini pengalaman pertama Lun.

Lun ngga tau apakah part ini ada jiwanya atau ngga, semuanya back to zero, Lun ngerasa kaya kosong, mungkin efek lama ngga buka book ini, Lun sedang membangun mood lagi. Sekali lagi, Lunarica meminta maaf atas keterlambatannya.^_^

07/07/2021

-Lunarica-

TIME [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang