24

2K 259 10
                                    

"Mr. Uzumaki Naruto."

Naruto mendongak dan mematikan ponselnya, ia sedikit merenggangkan kakinya sebelum berdiri, menghampiri ruangan yang sudah ia kenali.

"Dokter," Naruto tersenyum dan menyapa Shizune yang sedang menulis sesuatu di map nya.

"Naruto, duduklah," Shizune balas tersenyum ringan dan menyilakan Naruto untuk duduk.

"Bagaimana harimu?" Tanya Shizune, sebagai awal percakapan.

"Sangat bagus. Hari ini, aku ada kuliah dan pemotretan, dan malam nanti, aku bekerja di minimarket,"

"Bagus sekali, apakah akhir-akhir ini, kamu masih di landa kecemasan?"

"tidak selalu. Itu terjadi ketika aku sedang sendiri, atau tidur di malam hari, aku sering memimpikan pesawat jatuh, dan tangan tak terlihat yang berusaha menahanku untuk tidak terbangun."

Shizune mengangguk dan menulis sesuatu di memo.

"Kecemasanmu ini sudah lama, aku tau seberapa takutmu akan janji itu, teruslah untuk tersenyum dan terbuka pada orang lain, aku yakin kamu bisa melewatinya."

"Oke."

"Apa kamu pernah mengkonsumsi semacam obat penenang?"

"Itu dulu, saat kecemasanku masih akut, sekarang tidak lagi," jawab Naruto.

"Bagus, tidak baik ketergantungan obat. Kamu sudah melakukan berbagai terapi, dan hasilnya cukup bagus walaupun agak lambat. Tidak apa-apa, kita bisa melakukannya perlahan," Shizune mencopot kacamatanya dan bersedekap tangan, melihat Naruto.

"Oh ya, bagaimana dengan pernikahanmu? Apakah kamu pernah merasa tidak nyaman?" Tanya Shizune.

Naruto berpikir sebentar dan menggeleng.

"Hubungan kami ringan, seperti dua teman yang hidup bersama, dan pasanganku juga membuat suasana nyaman, walaupun dia agak pendiam, dia tau apa yang harus dilakukan." Jelas Naruto.

"Senang mendengarnya, tetap pertahankan keterbukaanmu padanya."

Mereka berbicara seputaran masa lalu Naruto, keduanya baru selesai satu jam kemudian, dan Naruto bergegas ke studio, saat sampai disana, tangannya sudah di tarik Denki ke ruang pemotretan.

"Ada apa denganmu?" Tanya Naruto sembari meluruskan jasnya yang kusut.

"Dewa Perancis sudah datang!" Denki berkata dengan semangat, dan Naruto melongo mendengarnya.

"Siapa?" Tanya Naruto dengan wajah bodoh.

"Shawn, dia di ruang rias,"

"Apa, kenapa dia datang hari ini?" Naruto masih tidak percaya dengan pendengarannya. Rencananya, ia ingin sedikit menenangkan diri sebelum bertemu dengan Shawn, tidak disangka, ia datang secepat ini.

"Ya, dia sedang meninjau jadwal dan lapangan bersama direktur, dan sekarang, dia sedang disana."

Jantung Naruto berpacu lebih cepat, entah kenapa mendengar nama itu, membuat perutnya melilit.

"Aku pergi dulu," Naruto hendak berbalik untuk ke kamar mandi, tapi tangannya di tahan Denki.

"Apa yang kamu lakukan? Mereka sedang menunggumu, anggap saja seperti meeting."

Naruto belum sempat untuk menolak, tapi Denki yang bersemangat, sudah membawa paksa Naruto untuk menemui mereka.

"Direktur Toku, Naruto sudah datang," Denki membuka pintu, dan tiga orang yang sedang duduk di sofa, dengan kertas masing-masing, mendongak. Tatapan Naruto tertumpu pada direktur, lalu pada penerjemah bahasa, dan sedikit demi sedikit berpindah pada pria ramping di sebelahnya.

TIME [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang