[Proses Revisi]
Ntah apa yang menurut semesta ini lebih menyakitkan dibandingkan orang tua yang berkeji hati pada sang buah hati. Segala sarwa kehidupan menjadi saksi kepahitan. Ntah sejuta nestapa lara yang terpendam, terkubur jauh lebih dalam, ter...
'Ceklek' pintu kamar terbuka. Mengalihkan atensi kakak beradik ini.
Terlihat sang ayah berdiri diambang pintu dengan melipat kedua tangannya di dada.
Sunoo dan Ni-ki terkejut akan kehadiran sang ayah.
Sunoo telat bangun,karena terjadi drama takut kehilangan sang adik.
Sang ayah memberikan isyarat pada Sunoo melalui gerak-gerik dan tatapan matanya untuk segera memasak,bila tidak bergegas sang ayah akan kembali memukulinya.
Sunoo segera berlari keluar kamar,dan menuruni tangga menuju dapur. Untungnya Jake dan mama SinB belum bangun.
30 menit berlalu, Sunoo berhasil menyiapkan sarapan dengan cepat,dan membuatkan bekal seadanya untuk Ni-ki.
Tentu saja Sunoo menyiapkan bekal untuk Ni-ki diam-diam. Dan menggunakan sisa makanan yang ada. Jika ketauan ayahnya dan mamanya mereka akan mendapatkan hukuman.
Ia menata rapi makanan di meja makan. Setelah itu para penghuni rumah keluar dari kamar dan duduk di meja makan.
Sunoo dan Ni-ki ingin ikut makan bersama keluarganya. Tetapi tidak kaget lagi,jika sang ayah akan marah pada mereka.
Mereka berdua diseret sang ayah kedalam kamar mandi. dan sang ayah melemparkan makanan sisa ke lantai,untuk dimakan Sunoo dan Ni-ki.
Beruntungnya mereka masih diizinkan untuk makan,meski itu hanya makanan sisa.
"K-kak,sakit." ujar Ni-ki pelan dengan air mata yang sudah diujung mata.
"Kamu kenapa? Mana yang sakit?" Tanya Sunoo panik.
Ni-ki hanya menggeleng dengan cepat.
"Tubuh Ni-ki ndak ada yang sakit kak. Tapi hati Ni-ki rasanya sakit banget, sebenernya kita ini anak kandung ayah apa bukan? Kenapa ayah lebih sayang Jake? Ni-ki kangen bunda Eunha." Ni-ki tak kuasa menahan tangis.