𝐍𝐔𝐌𝐁𝐄𝐑 𝐅𝐈𝐕𝐄

1.7K 115 5
                                    

[ini ceritanya y/n jadi number 8, usia mereka 17 tahun, dan five ga pergi time travel.]

***

hari ini tak ada latihan, dad pun sedang ke luar negri untuk menyelesaikan urusannya.

"ku harap dad akan pergi lama. aku lelah harus menaiki, dan menuruni tangga itu." keluh klaus

"jangan mengeluh. itu kewajiban kita." -luther

"klaus ada benarnya luther."

"sudahlah jangan memperdebatkan itu." -vanya

"kau tak tau rasanya menjadi kami vanya. kau hanya berdiri diam menatap kami disamping dad, dan kau tak pernah mengikuti misi." -diego

vanya hanya diam, menundukkan kepalanya, dan murung mendengar ucapan yang diego lontarkan padanya.

"bisa berpikir dulu apa yang ingin kau katakan?"

"itu fakta [name]." -diego

"jangan dengarkan dia Vanya. anggap saja angin yang lalu lalang."

"aku baik² saja [name], diego memang benar." -vanya

"lihat perbuatanmu, saudari kita menjadi sedih." -ben

"hei, diluar hujan. mau bermain?" -klaus

kami semua mengintip ke halaman. hujan yang sangat deras. kami semua mengangguk dan melepaskan jas academy, lalu kami pergi ke halaman belakang.

"apa yang kau tunggu five?" ledek diego yang melihat five hanya berdiri disamping pintu dengan memakai payung.

sedari tadi five hanya berdiri memandangi kami, kadang ia maju tapi mundur lagi karna ragu. aku yang melihatnya langsung menghampirinya, dan menariknya ditengah derasnya hujan.

"c'mon five, kau butuh sedikit bersenang-senang. rasakan derasnya hujan, dan hirup aromanya."

five yang mendengarkan ku mencoba untuk rileks dan mengikuti kata hatinya. melepas semua keraguannya, dan bergabung bermain bersama kami.

"anak-anak, say ciss...." suruh mom, dari depan pintu. kami mengatur posisi kami.

"looks, how cute you're. kalau sudah selesai kalian segera mandi, dan aku akan membuatkan kalian minuman dan makanan." lanjut mom, lalu meninggalkan kami.

"[name] awas." five yang menjauhkanku dari lumpur yang dilempar klaus.

tak sengaja mata kami bertemu. ternyata selama ini dia tampan juga ya. tatapannya begitu lekat. gak gak gak, kan kita saudara.

"oh lord, penerus luther dan allison." ledek diego yang membuat semua membuyar.

"what do u mean? five hanya menyelamatkanku dari lumpur yang dilempar klaus." bantahku

"oh ya? i can see ur eyes." ledeknya lagi.

"that's just a bullshit."

sekarang aku tau apa yang vanya rasakan, setelah diego mengeluarkan kata-kata mutiaranya.

karna aku sudah jengkel, jadii.....
swoooshhhh.......
tubuh diego ditutupi lapisan es yang tak terlalu tebal.

"[NAME]!!..."

"tenang allison. dia tak akan mati, sebentar lagi juga mencair." lalu aku meninggalkan mereka masuk.

°°°

aku masih menatapi mereka yang dari tadi berusaha mengeluarkan diego dari lapisan es yang ku buat dari balik jendela. aku tak mau menolongnya, biarkan saja.

𝐖𝐇𝐀𝐓 𝐈𝐅...? || ᵃⁱᵈᵃⁿ ᵍᵃˡˡᵃᵍʰᵉʳ ˣ ʳᵉᵃᵈᵉʳTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang